Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bea Cukai Ungkap Modus Penyelundupan Benih Lobster yang Tengah Marak di Kepri

Bea Cukai (BC) Khusus Kepulauan Riau (Kepri) mengungkap modus penyelundupan benih lobster yang marak terjadi belakangan ini di perairan Kepri.
Benih lobster selundupan./Ist
Benih lobster selundupan./Ist

Bisnis.com, BATAM — Bea Cukai (BC) Khusus Kepulauan Riau (Kepri) mengungkap modus penyelundupan benih lobster yang marak terjadi belakangan ini di perairan Kepri.

Kepala Kantor Wilayah Khusus BC Kepri, Adhang Noegroho Adi mengatakan penyelundup menggunakan modus pengumpulan benih lobster dari berbagai daerah di pesisir Indonesia, termasuk Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Lampung dan Sumatera Barat.

Setelah pengemasan, benih lobster diangkut menggunakan kapal nelayan dan dipindahkan ke kapal high speed craft (HSC) melalui metode ship-to-ship di laut terbuka. Baru selanjutnya barang selundupan tersebut dibawa ke luar negeri, biasanya ke Malaysia. Otak di balik penyelundupan ini adalah pelaku yang sama yang terlibat dalam penyelundupan benih lobster pada 14 Oktober 2024. 

"Saat ini, dua orang dengan inisial AR dan SL yang diduga sebagai pengemudi kapal HSC masih dalam pengejaran, sementara identitas pembeli atau penerima benih lobster di luar negeri masih dalam proses penyelidikan," katanya Jumat (1/11/2024) di Batam.

Adapun dua penangkapan terakhir terjadi di Perairan Berakit di Bintan pada 14 Oktober 2024, dan di Perairan Tandur di sekitar Pulau Kapalajernih pada 25 Oktober 2024.

Hasil penindakan di Bintan berupa 46 box berisi 237.000 ekor benih lobster, sedangkan di Tandur 42 box berisi 189.000 ekor benih lobster. Adapun total nilai kerugian dari dua kasus ini sebesar Rp 43 miliar.

Sebelumnya di Batam, BC Batam menggagalkan upaya penyelundupan sebanyak 266.600 ekor benih lobster di Perairan Wisata Joyo Resort di Bintan pada 12 Oktober 2024.

"Kasus penyelundupan ini merugikan ekonomi dan mengancam ekosistem laut. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya laut, masyarakat dapat meningkatkan nilai jual produk kepada wisatawan, terutama saat panen, sehingga mengurangi ketergantungan pada praktik ilegal," terangnya.(K65)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper