Bisnis.com, MEDAN - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Sumatra Utara (Sumut) menyebut baru ada 3 project perdagangan karbon yang dicatatkan di IDXCarbon sejak diluncurkan pada 26 September 2023.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumut M Pintor Nasution mengatakan ketiganya merupakan project SPE-GRK atau proyek yang dapat memperdagangkan Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca, atau yang biasa dikenal sebagai Carbon Credit.
Antara lain project Lahendong Unit 5 & 6 milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk., di Sulawesi Utara yang sekaligus merupakan pioneer perdagangan karbon di Indonesia dan tercatat sejak 26 September 2023.
Kemudian, ada Pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang Jakarta yang dicatatkan pada 23 Oktober 2023; serta pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul Jawa Tengah yang mencatatkan project-nya di IDXCarbon pada 8 Juli 2024.
Pintor mengatakan, selama periode 26 Sep 2023 – 7 Agustus 2024 perdagangan yang berhasil dicatatkan (trading value) ketiganya di IDXCarbon sebesar Rp37,03 miliar.
Adapun besaran emisi keseluruhan yang dihasilkan atau total trading volume mencapai 613,541 tCo2e (ton setara CO2) dengan harga transaksi terakhir atau Last Price (IDTBS) Rp58.800.
Baca Juga
Sementara jumlah pengguna jasa tercatat sebanyak 71.
"Total karbon kredit PLTGU Muara Karang paling banyak dicatatkan pada periode ini, yaitu sebanyak 900.000 tonCO2e," kata Pintor, Senin (26/8/2024).
Sedangkan SPE-GRK atas proyek Geothermal PT Pertamina Geothermal Energy Tbk di Lahendong, lanjutnya, tercatat sebanyak 864.209 tonCO2e dan PLTM Gunung Wugul mencatatkan sebanyak 12.932 tonCO2e unit karbon.
Dikatakan Pintor, IDXCarbon merupakan bentuk dukungan BEI terhadap target net zero emission Indonesia di tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Perdagangan karbon sendiri merupakan salah satu mekanisme yang dimiliki Indonesia dalam penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon di Indonesia.
"Untuk mewujudkan visi menjadi global hub dan leader dalam perdagangan karbon di Asia dan bahkan dunia, IDXCarbon berupaya untuk mendorong kemajuan pasar dari sisi demand dan supply. Baik pasar domestik maupun internasional harus dikembangkan untuk menciptakan pasar yang kuat dan bertumbuh," jelas Pintor.
Potensi perdagangan karbon yang sangat besar di Indonesia, kata dia, akan dapat terealisasi jika permintaan dan penawaran dari dalam dan luar negeri berada pada posisi yang kuat.
Dia menyebut pihaknya telah merumuskan sejumlah strategi agar Indonesia tidak kehilangan momentum yang telah dimulai dengan peluncuran IDXCarbon.
"IDXCarbon membagi strategi jangka pendek, menengah dan panjang. Namun secara umum langkah yang diambil adalah berkoordinasi aktif dengan OJK, Kementerian Lingkungan Hidup dan kementerian terkait lainnya, serta pelaku pasar untuk dapat melakukan alignment pengembangan dan penyempurnaan mekanisme perdagangan karbon," jelasnya.
Lebih jauh dia mengatakan pihaknya akan fokus pada sosialisasi & edukasi berkelanjutan untuk stakeholders dalam mengembangkan supply dan demand.
IDXCarbon juga melakukan alignment antara ESG investment di pasar modal dengan perdagangan karbon, dan mencari potensi insentif yang dapat mendorong pengembangan pasar karbon. Termasuk melakukan inisiatif dalam pengembangan sistem pelaporan emisi GRK sesuai standar Internasional.
"Sedangkan strategi jangka panjang mencakup studi dan implementasi penambahan produk derivative, studi dan implementasi market maker dan studi dan implementasi pengembangan skema perdagangan karbon untuk retail," tambahnya.
Adapun IDXCarbon menjadi salah satu penyelenggara perdagangan karbon dengan fee transaksi terendah di dunia yang berkisar antara 0,11%-0,22%.
Lebih dari itu, IDXCarbon juga memberikan beberapa insentif seperti bebas biaya registrasi selama periode tertentu bagi Pengguna Jasa yang mendaftar; meniadakan biaya pencatatan bagi pemilik proyek; hingga tidak adanya dormant fee bagi Pengguna Jasa yang memutuskan untuk belum melakukan transaksi. (K68)