Bisnis.com, MEDAN — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Sumatra Utara (Sumut) mengakui telah ada sembilan perusahaan di Sumut yang berdiskusi secara one-on-one dengan pihaknya membahas soal penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) sepanjang Semester I/ 2024.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumut M Pintor Nasution mengatakan, dari kesembilan perusahaan itu ada yang telah layak untuk melantai di bursa. Namun ada pula yang belum memenuhi sejumlah persyaratan.
"Untuk perusahaan yang belum layak biasanya saya kasih advice ke mereka agar tidak terburu-buru untuk IPO. Ini untuk menghindari hal yang tidak diinginkan perusahaan," kata Pintor, Rabu (14/8/2024).
Dijelaskan Pintor, kendati beberapa perusahaan yang telah berdiskusi langsung secara one-on-one dengan BEI dinyatakan layak melantai di bursa, mereka dipastikan tidak akan IPO tahun 2024.
Hal itu tak lepas dari sejumlah persyaratan dan prosedur IPO yang harus dipenuhi calon emiten sehingga IPO pada 2024 tak mungkin dilakukan.
Sebelumnya, Pintor mengatakan di tahun 2024 BEI dan Otoritas Jasa Keuangan baru mengidentifikasi satu perusahaan di Sumut yang potensi IPO pada Agustus ini.
Baca Juga
Calon emiten tersebut bergerak di sektor jasa kesehatan dan telah sampai dalam tahap pemeriksaan dokumen oleh Divisi Penilaian Perusahaan BEI.
"Targetnya Agustus ini bakal IPO. Kalau dari kami [BEI], mereka hanya tinggal melengkapi dokumen yang diminta tim dan mengembalikannya. Kalau sudah tidak ada masalah, tinggal menunggu waktu saja," jelasnya.
Pintor menyebut, di tahun 2024 baru 1 perusahaan di Sumut yang optimistis bisa melakukan penawaran saham perdana ke publik.
Adapun sejauh ini telah ada 12 perusahaan di Sumut yang melantai di bursa, mulai dari sektor perbankan, perkebunan kelapa sawit, layanan kesehatan, hingga perhotelan. Dua diantaranya menawarkan surat utang atau obligasi.
Perusahaan dari sektor jasa kesehatan ini bakal menjadi emiten ke-13 yang akan meramaikan bursa saham dari Sumut.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sumut (OJK Sumut) Khoirul Muttaqien mengatakan, peningkatan jumlah emiten saham akan berdampak pada lingkungan investasi di daerah.
"Lingkungan investasi akan jadi lebih dinamis dan beragam, memberikan peluang bagi investor lokal dan nasional untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi Sumut," kata Muttaqien dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (14/8/2024).
Di samping itu, lanjut Muttaqien, melantainya perusahaan ke bursa akan memberi dampak positif yang lebih luas, termasuk penciptaan lapangan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan pajak, serta mendorong ekosistem bisnis lokal.
Adapun OJK Sumut mencatat, hingga Mei 2024 pengumpulan modal melalui emisi di pasar modal dari perusahaan yang berbasis di Sumatra Utara mencapai Rp2,28 triliun.
Capaian tersebut melibatkan sebanyak 11 perusahaan yang melaksanakan penawaran umum perdana atau IPO, 1 perusahaan yang menerbitkan obligasi, serta 5 entitas usaha yang menjadi penerbit dalam skema pendanaan kolektif (securities crowdfunding/SCF). (K68)