Bisnis.com, PADANG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi sektor jasa keuangan, khususnya perbankan, di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) posisi April 2024 tumbuh positif dengan tingkat risiko yang masih terjaga dalam menghadapi tren suku bunga global tinggi.
Kepala OJK Sumbar Roni Nazra mengatakan kinerja sektor jasa keuangan tersebut juga turut mendukung pertumbuhan ekonomi Sumbar yang menunjukkan kinerja positif, tecermin dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triwulan I-2024 (yoy) tercatat sebesar 4,37%.
"Kinerja yang baik ini terlihat juga pada kondisi industri perbankan, baik yang konvensional maupun yang syariah, pada April 2024," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (2/7/2024).
Dia menjelaskan kinerja industri perbankan untuk Bank Umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di Sumbar tumbuh positif.
Pada April 2024, aset perbankan tumbuh 5,58% (yoy) menjadi sebesar Rp81,79 triliun dan penyaluran kredit/pembiayaan tumbuh 7,12% (yoy) menjadi sebesar Rp70,58 triliun.
Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 4,77% (yoy) menjadi sebesar Rp55,89 triliun. "Untuk risiko kredit masih terjaga dengan rasio NPL 2,64% dan rasio LDR 126,30%," ujarnya.
Baca Juga
Kemudian untuk penyaluran kredit untuk pelaku UMKM mencapai Rp31,35 triliun, tumbuh sebesar 8,40% (yoy). Penyaluran kredit kepada pelaku UMKM ini mencapai 44,42% dari total kredit perbankan di Sumbar.
Untuk kinerja perbankan syariah, dari sisi aset, DPK dan penyaluran pembiayaan masih menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Aset perbankan syariah Sumbar tumbuh sebesar 14,45% (yoy) menjadi sebesar Rp11,15 triliun, dengan penghimpunan DPK meningkat sebesar 14,52% (yoy) menjadi sebesar Rp10,57 triliun dan penyaluran pembiayaan tumbuh 26,44% (yoy) menjadi sebesar Rp9,30 triliun.
"Risiko pembiayaan juga masih terjaga dengan rasio NPF 1,81%, dan rasio FDR 87,93%," jelasnya.
Kinerja BPR di Sumbar juga tumbuh dengan baik. Aset tumbuh 7,90% (yoy) menjadi sebesar Rp2,54 triliun, penghimpunan DPK tumbuh 7,18% (yoy) menjadi sebesar Rp1,92 triliun.
Sementara, penyaluran kredit/pembiayaan meningkat 9,17% (yoy) menjadi sebesar Rp2,01 triliun, dengan 70,65% merupakan kredit/pembiayaan bagi UMKM.
"Nah, untuk risiko kredit/pembiayaan terjaga dengan rasio NPL/NPF 10.95%, dan rasio LDR/FDR 104,70%," tegasnya.