Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat terus berupaya untuk mendorong perekonomian daerah dengan cara menggenjot produktivitas dari sektor industri kecil dan menengah serta industri skala besar.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan sebagai daerah yang utamanya berbasis pertanian secara umum, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mencapai 21,20 diikuti oleh kontribusi sektor perdagangan sebesar 16,50, dan kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 8,64.
"Bukti keseriusan pemerintah daerah, kami memberikan alokasi APBD 10% bagi sektor pertanian dan sektor hilirnya seperti industri dan perdagangan berbasis komoditas unggulan daerah," katanya, Selasa (21/5/2024).
Dia menyebutkan kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan daerah sebagaimana telah diformalkan dalam substansi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2023 tentang Tata Kelola Komoditas Unggulan Perkebunan Sumatera Barat.
Meski Sumbar memiliki keterbatasan lahan karena berada beberapa wilayah di Taman Nasional yang harus dijaga sebagai paru-paru dunia, perkebunan kelapa sawit di Sumbar tergolong cukup luas.
Berdasarkan data tahun 2023 tercatat luas perkebunan kelapa sawit di Sumbar mencapai 253.898,82 hektare. Dari luas lahan itu, kategori yang sudah menghasilkan itu 203.842,12 hektare, yang belum menghasilkan 25.618,83 hektare, dan yang tergolong sudah tua/rusak 24.437,85 hektare.
Baca Juga
Sebaran perkebunan kelapa sawit di Sumbar ini, utamanya berada di Kabupaten Pesisir Selatan, Agam, Dharmasraya, Pasaman Barat, Solok Selatan dan Limapuluh Kota.
"Produksi perkebunan sawit rakyat adalah sebesar 699.390,35 ton dengan keterlibatan 142.992 KK tani yang mengusahakannya," jelas Mahyeldi.
Dikatakannya produksi kelapa sawit yang sebanyak itu, dihasilkan oleh 54 perusahaan perkebunan sawit, 38 diantaranya sudah masuk di Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) dan baru 14 perusahaan yang sudah berproduksi menghasilkan crude palm oil (CPO).
Produksi kelapa sawit ini, dikirim ke berbagai industri pengolahan lanjutan di dalam negeri, dan sebagian diekspor langsung dari Pelabuhan Teluk Bayur dan pelabuhan-pelabuhan lain ke beberapa negara tujuan ekspor.
"Di sisi lain, sektor pendidikan sebagaimana yang digariskan oleh pemerintah pusat, juga kami laksanakan dengan seoptimalnya sesuai kemampuan daerah," ujarnya.
Saat ini terdapat 541 SMA Negeri dan swasta dengan jumlah siswa 150.405 orang, serta 212 SMK Negeri dan swasta dengan jumlah murid 899.299 orang.
Artinya, tamatan pendidikan menengah adalah angkatan kerja yang mempunyai pilihan melanjutkan ke perguruan tinggi atau langsung masuk ke pasar tenaga kerja.
Kemudian di Sumbar ini dengan jumlah penduduk berdasarkan data Dukcapil tahun 2023 sebesar 5.701.545 jiwa, terdiri dari generasi emas usia 0 sampai dengan 14 tahun sebesar 1.390.757 jiwa. Lalu untuk usia 15 sampai dengan 24 tahun sebesar 1.016.136 jiwa.
"Dengan kata lain penduduk usia dibawah 25 tahun sebesar 42,21% dari total penduduk. Porsi inilah yang menjadi orientasi pendidikan Sumbar, dimana masyarakatnya bisa mendapatkan pendidikan yang bagus sehingga bisa masuk dunia kerja dengan kompetensi yang memadai," sebutnya.
Menurutnya hubungan potensi unggulan daerah di bidang pertanian, khususnya perkebunan sawit, dengan penyiapan generasi emas penduduk usia dibawah 25 tahun yang akan berinovasi dan berkreasi mengolah hilirisasi industri sawit.
"Nah inilah yang menurut hemat kami perlu dikupas tuntas dalam seminar yang sangat penting ini," harapnya.
Selanjutnya Pemprov Sumbar juga meminta kepada pemerintah pusat yakni Kementerian Perindustrian untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor industri di Sumbar yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM).
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sumbar Novrial menambahkan bicara soal sektor industri itu, saat ini terdapat 46.900 unit IKM dengan nilai produksi mencapai Rp23,77 triliun.
Sementara industri skala besar yang ada berjumlah 73 unit, dan jumlah tersebut berkurang pasca berhentinya operasi pabrik sawit beberapa waktu lalu.
Dengan pemahaman kaitan potensi komoditi unggulan, arah pembangunan sektor pendidikan khususnya bagi generasi emas aktor pembangunan masa depan yang berkelanjutan dan pengembangan dunia industri yang relatif berkembang.
"Kami butuh dukungan dan bantuan untuk akselerasi pembangunan ekonomi daerah, baik dari butir-butir masukan dari seminar ini, maupun dari agenda, program dan anggaran Kementerian Perindustrian bagi Sumbar," katanya dalam kegiatan Seminar Sawit Generasi Emas Membangun Masa Depan Berkelanjutan di kampus ATI Padang.