Bisnis.com, BATAM - Pergantian Perdana Menteri (PM) Singapura dari Lee Hsien Loong ke wakilnya Lawrence Wong baru-baru ini mendapat respons positif dari kalangan pebisnis atau pengusaha di Batam.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan transisi pemerintahan di Singapura yang berlangsung dengan lancar dan mulus sehingga menimbulkan optimisme di antara warga Singapura dan juga para investor.
"Transisi kepemimpinan di Singapura tentunya akan bisa mempengaruhi Batam sebagai tetangga yang memiliki hubungan sangat dekat, baik secara geografis maupun secara ekonomi. Singapura merupakan investor terbesar di Batam sekaligus negara tujuan utama ekspor Batam," kata Rafki, Senin (20/5/2024).
Rafki melihat PM baru Singapura yang memiliki pengalaman sebagai Wakil PM akan membawa perekonomian Singapura tetap stabil dan tumbuh positif tiap tahun.
Ia juga pernah menjabat sebagai Eksekutif Pasar Energi, lalu sebagai dewan direksi otoritas moneter di Bank Sentral Singapura, bahkan pernah menjabat Ketua Gugus Tugas penanganan Covid-19 di Singapura.
"Kita juga tahu latar belakang PM Wong ini adalah di bidang ekonomi dan keuangan. Tentunya dengan pengalaman yang segudang ini, Wong sudah sangat teruji ketika dipercaya sebagai Perdana Menteri di Singapura," tuturnya.
Baca Juga
Jika perekonomian Singapura stabil, maka dengan begitu perekonomian Batam yang cukup banyak tergantung dengan kondisi perekonomian negeri jiran akan mengalami hal serupa.
"Kita berharap pemerintahan Singapura yang baru tetap memandang Batam sebagai mitra strategis dalam pengembangan investasinya ke depan, sehingga investor dari Singapura dapat terus berinvestasi di Batam," paparnya.
Dukungan regulasi dan kemudahan pengurusan izin usaha di Batam harus terus ditingkatkan agar para investor dari Singapura ini tetap nyaman berinvestasi di Batam.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai investasi negeri jiran masih mendominasi realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam tahun 2023.
Total realisasi investasi Singapura mencapai US$366,47 juta atau setara Rp5,42 triliun dari 778 proyek. Tiongkok menyusul di peringkat kedua dengan nilai US$51,708 juta atau Rp765,28 miliar dari 155 proyek.(K65)