Bisnis.com, BATAM - Pelayaran langsung kapal kontainer dari Batam atau China atau direct call mendapat tanggapan positif dari para pelaku usaha di Batam.
Distribution Center Manager PT Ecogreen Oleochemicals Batam Herny Lim mengatakan pihaknya menyambut positif kehadiran pelayaran langsung menuju negeri tirai bambu tersebut.
"Dengan adanya direct call ini, maka membantu pelaku usaha seperti kami dalam efisiensi biaya, dokumentasi dan juga operasional," ujarnya, Senin (22/4/2024).
Herny juga menyebut Ecogreen bangga bisa berpartisipasi mengirimkan kontainernya via MV SITC Hakata ke China. "Besar harapan kami diberikan pelayanan terbaik, pelayaran yang regular, dan cost yang bersahabat," pungkasnya.
Direct call ini digagas oleh Persero Batam dan Badan Pengusahaan (BP) Batam bekerja sama dengan Shandong International Transportation Corporation (SITC) Holdings, perusahaan logistik pelayaran terkemuka dari Hong Kong.
Direct call merupakan pelayaran langsung peti kemas dari pelabuhan dalam negeri ke pelabuhan tujuan yang ada di luar negeri tanpa singgah di pelabuhan manapun yang ada di dalam negeri. Dengan demikian, ekspor dan impor yang sebelumnya melalui Singapura, saat ini sudah bisa langsung menuju China.
Baca Juga
Pelayaran langsung ini dioperasikan oleh China. Pada pelayaran rute perdana dari China menuju Batam, SITC mengoperasikan kapal MV SITC Hakata. Kapal dengan bobot 23.000 GT itu, telah bersandar di Pelabuhan Batu Ampar sejak 31 Maret lalu.
Direktur Persero Batam Arham S Torik mengatakan pelayaran perdana ini menggunakan MV SITC Hakata berkapasitas 1.000 TEUs, dan bisa memuat 1.000 kontainer berukuran 20 feet. Kapal ini akan berlayar seminggu sekali di akhir pekan dari Batam menuju China dan sebaliknya. Untuk tahap awal, kapal ini akan membawa sebanyak 168 kontainer import dan 72 kontainer export.
"Dengan adanya direct call ini akan terjani penurunan biaya logistik sebesar US$600 [kontainer 20 feet] dari Batam menuju China. Banyak sekali penghematan biaya logistik ketimbang membawanya dari Batam menuju Singapura, baru kemudian berlayar ke China," katanya.
Kegiatan logistik ini bukan hanya membawa ekspor Batam keluar, tapi juga akan kembali membawa produk impor berupa bahan baku industri. Salah satu tenant-nya yakni Sat Nusapersada yang bergerak memproduksi barang-barang elektronik, seperti smartphone.
"Saat ini juga kemampuan terminal handling Pelabuhan Batuampar sudah lebih bagus dan mendukung daya saing global, misalnya dulu dari 8 boks kontainer yang bisa dipindahkan dari kapal ke pelabuhan tiap jamnya dan sebaliknya, maka sekarang sdh bisa 24 boks kontainer," paparnya.
Dalam perjalananannya ke China, MV SITC Hakata akan singgah di berbagai pelabuhan seperti, Kuantan (Malaysia), dan Nansha dan Shekou(China). Dari China, kapal bergerak menuju Korea dan Jepang via Shekou.
Saat perjalanan kembali ke Batam, maka dari Nansha menuju Haiphong dan Qinzhou (China), lalu bergerak menuju Ho Chi Minh, selanjutnya ke Kuching (Malaysia) dan kembali ke Batam.
Arham juga menjelaskan direct call ini merupakan rangkaian dari kegiatan pengembangan infrastruktur Pelabuhan Batuampar. Pada tahap I tahun ini, pelabuhan ini telah mengoperasikan 1 unit Ship to Shore (STS) Crane dan 2 unit Harbour Mobil Crane (HMC) untuk melayani bongkar muat kapal petikemas.
Lalu tahap kedua tahun 2025, sebanyak 5 unit STS dan 12 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) Crane, serta pembangunan Container Yard (CY) seluas 12 hektar. Dan terakhir tahap ketiga di 2028, dimana Pelabuhan Batuampar akan dikembangkan untuk menampung kapasitas 2 juta TEUs.
Di tempat yang sama, Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengatakan direct call ini jangan hanya sampai beberapa kali saja, tapi seterusnya dengan tujuan yang terus bertambah.
"Jangan sampai ini menjadi yang terakhir, tapi harus ada kelanjutannya. Saya juga titip agar di pelabuhan ini menggunakan sistem terpadu, agar biaya logistik terus berkurang," pungkasnya.
Rudi juga menyebut bahwa pembukaan pelayaran langsung ini merupakan perintah dari Presiden Jokowi kepada dirinya. Sehingga momen pembukaan pelayaran langsung ini, sebagai momentum dalam mengembangkan rute lainnya.
"Bukan berapa jumlah kapal ke China hari ini, tapi tugas kita bagaimana kita mempersiapkan barang untuk diberangkatkan ke sana dan daerah lainnya. Kalau barang semakin banyak, maka semakin banyak linenya ke daerah lain," ujarnya.
Ia kemudian berharap kedepannya seluruh perusahaan di Batam bisa memanfaatkan pelayaran langsung ke China ini. Tidak hanya ke China, namun juga ke beberapa negara lainnya. Sehingga biaya logistik dari Batam ke sejumlah negara bisa lebih murah seperti ekspor ke China saat ini.
Tidak hanya kemudahan dalam pengiriman barang, Rudi juga berpesan kepada Persero Batam untuk mempermudah segala pelayanan di pelabuhan.
"Kalau barang sudah ada, pelayarannya juga sudah ada, ditambah dengan pelayanan yang tidak berbelit, maka orang akan melihat Batam sebagai tempat pengiriman barang. Maka target 2 juta TEuS per tahun, ini akan bisa dicapai," imbuhnya.(K65)