Jelajah UMKM: Dari Usaha AMDK, Wujudkan Ponpes Teknologi Riau Jadi Pesantren Mandiri

Ponpes Teknologi Riau menjadi salah satu pesantren mandiri berkat pengembangan unit usaha air minum isi ulang atau air gallon serta AMDK dengan jenaman Ma’Hady
Foto: Jelajah UMKM: Dari Usaha AMDK, Wujudkan Ponpes Teknologi Riau Jadi Pesantren Mandiri
Foto: Jelajah UMKM: Dari Usaha AMDK, Wujudkan Ponpes Teknologi Riau Jadi Pesantren Mandiri

Bisnis.com, PEKANBARU - Pondok Pesantren (Ponpes) Teknologi Riau yang berlokasi di Jalan Pasir Putih Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, telah menjadi salah satu pesantren mandiri di daerah itu berkat pengembangan unit usaha air minum isi ulang atau air gallon serta Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan jenaman Ma’Hady (Pesantrenku).

Usaha ini dimulai dari kejelian Pimpinan Ponpes Teknologi Riau, KH Ahmad Mantiq Alimuddin melihat peluang dari tingginya kebutuhan air minum untuk ratusan santri. Pesantren ini membutuhkan hingga puluhan galon air minum per bulannya. Belum lagi, AMDK yang wajib tersedia dalam menunjang berbagai kegiatan santri di masjid dan kantin.

“Tahun 2018 kami menerima kunjungan dari Bank Indonesia (BI). Setelah pertemuan itu, komunikasi kian terjalin dan kami sering diundang dalam berbagai kegiatan BI. Setelah melewati diskusi dan berbagai tahapan, BI bersedia memberikan bantuan berupa mesin filter untuk produksi air galon. Sejak saat itu, unit usaha kami di pesantren ini menjadi binaan BI,” ujarnya Jumat (24/11/2023).

Pimpinan Ponpes Teknologi Riau, KH Ahmad Mantiq Alimuddin
Pimpinan Ponpes Teknologi Riau, KH Ahmad Mantiq Alimuddin

Kiai Mantiq menjelaskan, awalnya usaha ini hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum di lingkungan pondok saja. Namun, melihat tingginya permintaan pasar, usaha itu mulai dibuka ke masyarakat umum, terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum warga sekitar. Seiring berjalannya waktu, kualitas produksi air juga semakin bagus. Beberapa konsumen yang pernah membeli produk air minum di ponpes itu mengakui bahwa kualitasnya lebih bagus dibandingkan air isi ulang di daerah setempat.

Pada 2020, Ponpes Teknologi Riau kembali mendapatkan bantuan dari BI berupa mesin produksi AMDK. Sejak saat itu, unit usaha pesantran ini mampu memproduksi dua produk turunan air minum berupa air isi ulang kemasan galon dan AMDK gelas ukuran 220 ml untuk kebutuhan pasar.

Menurutnya usaha AMDK merek Ma’Hady itu memiliki prospek bagus, karena produk yang dihasilkan berupa air minum yang merupakan kebutuhan pokok warga, sehingga potensi pasarnya sangat luas. Selain itu, pihaknya optimis karena Ma’Hady punya pasar yang berbeda dari AMDK secara umum, yaitu menyasar sejumlah ponpes dan masjid atau musala di Riau.

“Selama ini, banyak ponpes di Pekanbaru serta wilayah kabupaten sekitar kami yang mengambil produk air minum dari luar. Nah, sekarang sejak ada produksi dari kami, kenapa tidak ambil dari pesantren. Tujuannya, untuk sama-sama mendukung. Itulah pertimbangan dasar kami mengajukan bantuan alat produksi AMDK ini. Sekarang, sudah ada beberapa pesantren di Riau yang langganan air minum dengan kami,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, rata-rata produksi AMDK Ma’Hady mencapai 200-400 karton per bulannya dengan rata-rata omzet Rp5-6 juta, dan 100 galon per hari dengan rata-rata omzet mencapai Rp10 juta per bulan. Sejak 2018 hingga sekarang, rata-rata kenaikan omzet usaha air minum di pesantren ini bisa naik sebesar 10-20 persen per tahun.

Kiai Mantiq mengapresiasi keterlibatan Bank Indonesia dalam melakukan pembinaan untuk pengembangan usaha. BI, dinilai punya indikator tersendiri sebagai tolak ukur pengembangan usaha UMKM binaannya, sehingga pendampingan secara berkelanjutan terus dilakukan. Selain itu, BI selalu melibatkan Ponpes Teknologi Riau dalam berbagai kegiatan rutin, termasuk dalam event tahunan. Komunikasi yang intensif menjadikan BI selalu ambil bagian dalam solusi atas berbagai kendala unit usaha pesantren tersebut.

Kemudian menurutnya BI juga terlibat langsung mendorong peningkatan kualitas produk, seperti membuka akses ke pihak-pihak terkait, sampai kepada memberikan pelatihan untuk menunjang keberlangsungan usaha.

“Bahkan sampai sekarang kami masih sering dihubungi BI, mereka tanya, gimana perkembangan usahanya. Jadi memang dipantau terus. Sudah banyak pelatihan-pelatihan dari BI yang melibatkan kami. Mulai dari pelatihan manajemen usaha, perluasan pasar, pengelolaan keuangan. Bahkan untuk mengurus legalitasnya BI juga ikut bantu,” ujar Kiai Mantiq.

Pihaknya berharap, BI terus memberikan dukungan untuk keberlanjutan unit usaha pesantren itu. Dukungan terutama diperlukan dalam hal perluasan pasar, sehingga produk Ma’Hady bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih luas, seperti bermitra dengan UMKM binaan BI lainnya dalam promosi produk.

“Kalau untuk BI sendiri, saya kira sudah sangat proaktif. Perkembangan usaha kami sampai sekarang masih di pantau. Kami bersyukur sekali. Mungkin tak hanya BI yang memberikan bantuan ke UMKM, tapi sejauh ini yang memang konsisten untuk pengembangan ekonomi syariah di sektor riil, ya BI,” tuturnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur mengatakan pihaknya mendorong pengembangan UMKM dengan tujuan untuk mencapai kemandirian finansial, dimulai dari skala keluarga maupun lembaga seperti pondok pesantren.

Dia menyebutkan, hadirnya usaha baru di pondok pesantren diharapkan dapat berkontribusi untuk keberlanjutan dan kemandirian institusi pendidikan tersebut, sehingga pihak-pihak yang berada di dalamnya turut merasakan dampak dari hadirnya unit usaha itu.

“Tapi tidak cuma berhenti sampai disitu, BI akan terus memberikan dorongan bagaimana usaha yang sudah ada terus berkembang. Maka perlu dilakukan koreksi terhadap kualitas produk, kemasan, SDM, hingga manajemen yang profesional,” ungkapnya.

Nur menyebutkan, ada berbagai pola strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu, yang mana strategi tersebut akan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing UMKM. Pihaknya berharap dengan dukungan itu usaha pesantren bisa tumbuh dalam berbagai aspek, sehingga mampu naik kelas, dari awalnya mikro, jadi kecil, menengah dan meningkat menjadi unit usaha yang mandiri. Hal itu sangat mungkin terwujud walaupun usaha itu berada di lingkungan pesantren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper