Bisnis.com, DELISERDANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Pemprov Sumut) berupaya menyelesaikan tiga tantangan struktural yang berpengaruh dalam menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan strategis sebagai wujud pengendalian inflasi.
Tiga tantangan tersebut yakni aspek produksi, distribusi, hingga permintaan di tingkat konsumen yang menjadi topik dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut dengan agenda perumusan kebijakan, Kamis (2/11/2023) malam.
Pj Gubernur Sumut Hassanudin yang diwakili Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Arief S Trinugroho mengatakan dari sisi produksi, permasalahan yang tengah dihadapi adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah.
“Kondisi ini dapat menimbulkan gagal panen, sehingga pasokan akan terganggu. Hal ini perlu diwaspadai agar tidak defisit pasokan pangan, terutama pada kota IHK (Indeks harga Konsumen),” kata Hassanudin dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekdaprov.
Dari sisi distribusi, Hassanudin menilai perlunya memangkas rantai distribusi yang saat ini relatif panjang sehingga harga di tingkat konsumen lebih terjangkau.
Selain itu, Pemprov juga menggarisbawahi soal infrastruktur dan jaringan transportasi yang masih kurang memadai serta minimnya literasi dan pemanfaatan teknologi digital dalam distribusi yang mempengaruhi tingginya harga di tingkat konsumen.
Baca Juga
“Untuk menjawab tantangan di sisi distribusi ini, kita perlu melakukan beberapa upaya seperti mendorong perluasan kerja sama antardaerah yang terintegrasi dan melakukan digitalisasi rantai pasok pangan agar kita dapat memotong rantai yang tidak perlu dalam proses distribusi,” ujar Hassanudin.
Sementara dari sisi permintaan, Hassanudin mendorong agar hilirisasi produk hasil pertanian khususnya tanaman holtikultura diperluas sehingga memberi konsumen lebih banyak pilihan akan produk turunannya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesi (BI) Provinsi Sumut Wira Kusuma mengatakan, beberapa komoditas yang menjadi perhatian jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di akhir tahun ini, antara lain minyak goreng, telur ayam, daging ayam, ikan dencis, sawi hijau, aneka cabai, juga beras.
“Beberapa permasalahan masih membayangi inflasi pangan termasuk beras dari sisi produksi, distribusi dan konsumsi yang memerlukan solusi jangka pendek dan jangka menengah, ujarnya.
Sebagai quick win, menurut Wira Kusuma, beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam 1-2 bulan ke depan antara lain mengantisipasi potensi peningkatan curah hujan serta memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan Satgas Pangan untuk mengawasi penjualan pangan termasuk beras ke luar Sumut.
Wira juga menilai perlunya pemanfaatan Belanja Tidak Terduga (BTT) dalam bentuk subsidi ongkos angkut bahan pangan, serta dana dekon untuk pelaksanaan pasar murah.
“Bulog juga perlu mengawal impor beras ke Sumatra Utara untuk mengamankan pasokan. Ditambah optimalisasi peran BUMD atau PUD untuk stabiisasi pasokan dan harga,” pungkasnya. (K68)