Bisnis.com, PALEMBANG -- Kondisi kabut asap di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) akibat dari bencana kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa daerah khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir (OI) masih cukup mengkhawatirkan.
Berdasarkan data dari indeks standar pencemar udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Senin (30/10/2023) menunjukkan kualitas udara pada dua wilayah yakni Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir kembali memasuki level berbahaya.
Terbaru pada pukul 07.00 WIB konsentrasi partikulat atau PM 2.5 di Kota Palembang berada di angka 310 mikrogram per meter kubik atau berwarna hitam.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatra, Ferdian Kristianto mengatakan pihaknya masih terus melakukan pemadam di dua kabupaten yakni OKI dan OI.
"Saya menyusuri jalan lintas Palembang-OI-OKI pagi ini, dan kondisi di OI terang kemudian menuju arah OKI mulai berasap. Arah Tanjung Senai berasap tipis. Dari citra satelit terlihat sumber asap dominan dari OKI, bukan OI," kata Ferdian, Senin (30/10/2023).
Sementara itu, melihat dari data LAPAN Fire Hotspot pukul 11.45 WIB titik panas terbanyak berada di wilayah OKI dan mengalmai kenaikan drastis dari hari sebelumnya, yakni 382 untuk hotspot di wilayah gambut dan 204 hotspot di lahan mineral.
Baca Juga
Di lain sisi, Pj Gubernur Sumsel, Agus Fatoni menyampaikan upaya Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) di Sumsel kembali diperpanjang untuk keempat kalinya.
"TMC diperpanjang hingga 4 November 2023," katanya.
Menurut Fatoni, hotspot di Sumsel dalam kondisi yang fluktuatif atau naik turun. Hingga saat ini, Pemprov Sumsel masih berupaya secara maksimal untuk penanganan karhutla tersebut.
Harapannya, dengan perpanjangan TMC hingga awal bulan November mendatang dapat memberikan potensi besar terhadap hujan yag terjadi. "Terlebih dari hasil prediksi BMKG bahwa di akhir Oktober hingga awal November 2023 potensi awan penghujan di Sumsel tinggi," pungkasnya.