Bisnis.com, PADANG - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan observasi lapangan di Cagar Budaya Nasional Pabrik Indarung I Semen Padang, Sumatra Barat.
Arkeolog dari BRIN Lutfi Yondri mengatakan observasi yang dilakukan untuk penyusunan rencana induk pelestarian cagar budaya, menilai secara arkeologi, Pabrik Indarung I PT Semen Padang.
"Sejauh ini yang kita lihat Pabrik Indarung I PT Semen Padang memiliki potensi sangat luar biasa. Karena, sangat banyak pengetahuan yang bisa diambil di balik sisa-sisa bangunan lama tersebut," katanya, Selasa (10/10/2023).
Lutfi menyebutkan hal yang paling utama saar ini adalah tentang industri semen, terutama bagaimana semen diolah sejak 1913, kemudian berkembang sampai teknologi modern.
Untuk itu, dia berharap kedepannya jangan biarkan Pabrik Indarung I tersebut berdiri sendiri. Karena ada unsur penting lainnya yang ikut menunjang, seperti kelistrikan dan sumber bahan baku juga harus menjadi bagian dari pengelolaan Cagar Budaya Nasional. Apalagi, Pabrik Indarung I ini juga diusulkan menjadi warisan dunia.
"Indarung I ini aset penting dan Semen Padang dalam pengelolaannya tidak bisa sendiri. Harus ada keterlibatan Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi dan Nasional," ungkapnya.
Baca Juga
Menurut Lutfi, keterlibatan pemerintah daerah hingga pusat sangat dibutuhkan, karena butuh dana yang besar, terutama dalam hal revitalisasi dan merekontruksi pengetahuannya atau militerasi tentang sejarah dari Pabrik Indarung I yang nantinya bisa menjadi sumber pengetahuan. Karena, rekontruksi pengetahuan itu sejalan dengan bukti fisiknya.
Dikatakannya kendati revitalisasinya butuh dana besar, dan cukup sulit bagi Pabrik Indarung I ini dihidupkan kembali. Tapi setidaknya bisa membuat video atau film animasinya yang bisa menggambarkan pabrik ini beroperasi pada zamannya, sehingga mudah dicerna oleh generasi sekarang ini.
"Dengan demikian keberadaan Pabrik Indarung I ini nantinya tidak hanya cerita," ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Pamong Budaya Ahli Utama Bidang Pemusiuman Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Siswanto. Dia menilai potensi Pabrik Indarung I sangat luar biasa untuk dimanfaatkan, terutama sebagai museum situs ataupun museum industri.
Untuk itu, siapa pun pengelolanya nanti, dia berharap keberadaan Pabrik Indarung I ini bisa menjadi tempat edukasi ilmu pengetahuan, sehingga generasi sekarang ini mengetahui bagiamana sejarah dari berdirinya Pabrik Indarung I tersebut.
"Indarung I ini pabrik semen pertama di Asia Tenggara dan sangat potensial dikembangkan sebagai museum industri atau museum situs, sehingga orang yang datang berkunjung ke Pabrik Indarung I ini bisa berinteraksi langsung kepada bendanya, koleksinya, dan situsnya, sehingga edukasi ilmu pengetahuan ada di situ. Apalagi, di Indonesia kan belum ada museum situs," katanya.
Kemudian, terkait kunjungan lapangan ke Pabrik Indarung I, Siswanto menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk merancang rencana induk kelestarian cagar budaya nasional. Dari kunjungan ini pihaknya akan mencari praktek baik dan praktek buruk, sekaligus bagaimana pengelolaan cagar budaya Nasional Pabrik Indarung I.
"Jadi kami sudah mengimpun bagaimana pengelolaan-pengelolaannya, mulai dari regulasi, tata kelola, masyarakat, dan pemerintah daerahnya, termasuk Semen Padang, bagaimana pengelolaan rencananya dan sebagainya. Karena yang kami susun nanti adalah, bagaimana dalam pelestarian cagar budaya nasional itu memperhatikan rekomendasi-rekomendasi dari TACBN. Namun, yang penting adalah kelestarian dari cagar budaya itu sendiri," katanya.
Selain itu yang lebih penting lagi bagaimana dampak pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya tersebut, dan dampaknya terhadap masyarakat seperti apa, serta dampak terhadap cagar budaya itu sendiri juga seperti apa.
"Intinya, bagaimana Semen Padang dan pemerintah daerah memperhatikan rekomendasi dari TACBN. Karena, kami sepakat ini untuk diperhatikan," sebutnya.
Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati menyampaikan bahwa Pabrik Indarung I telah ditetapkan sebagai kawasan Cagar Budaya Nasional pada Februari 2023. Serta di dalam kawasan Cagar Budaya Nasional ini, juga terdapat PLTA Rasak Bungo yang didirikan 1908.
Pada era Pemerintahan Hindia Belanda, pabrik semen ini bernama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NIPCM).
Anita menyebut Pabrik Indarung I memulai sejarahnya pada tahun 1906, saat seorang perwira Belanda berkebangsaan Jerman bernama Carl Christophus Lau, mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk dapat mendirikan pabrik semen di Indarung, Padang.
Begitu dibangun pada 18 Maret 1910, Pabrik Indarung I mulai beroperasi di tahun 1913 dengan kapasitas produksi sebesar 22,9 ribu ton semen per tahun.
Pabrik semen ini memiliki 5 Kiln. Untuk Klin pertama yang selesai dibangun pada 1911, kapasitas produksi sebesar 76,5 ton semen per hari, sama dengan Klin kedua yang dibangun pada 1912.
Pada tahun 1939, Pabrik Indarung I meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 170 ribu ton semen per tahun. Peningkatan produksi semen ini pun dilakukan dengan menambah jumlah Kiln dari 2 menjadi 5.
Menurut Anita, Pabrik Indarung I ini merupakan satu kesatuan dengan Tambang Batubara di Sawahlunto dan Emma Haven atau Pelabuhan Teluk Bayur Padang.
"Kenapa kami sebut sebagai satu kesatuan? Karena, Batubara untuk memproduksi semen berasal dari Tambang Batubara Sawahlunto dan untuk pendistribusian semennya ke berbagai negara di dunia, melalui Pelabuhan Emma Haven," kata Anita.