Bisnis.com, PADANG - Kerajinan batok kelapa yang lahir dari tangan Nesa Bukti Farsa yang berusia 23 tahun warga Kota Padang, Sumatra Barat, mampu menghantarkan produknya hingga pasar internasional.
Dia mengatakan dirinya sudah menggeluti kerajinan batok kelapa sejak berusia 18 tahun. Kala itu, dirinya membantu sang ayah yang kesulitan mendapatkan tambahan tenaga kerja dalam membuat kerajinan batok kelapa.
"Sebenarnya ayah saya yang sudah dulu mulai untuk kerajinan batok kelapa ini. Tapi dikarenakan saya sekolahnya itu agak malas-malasan, saya bantu-bantu ayah, dan sampai saat ini saya bisa memproduksinya," katanya, Senin (18/9/2023).
Beragam jenis produk batok kelapa yang dihasilkan oleh Nesa, seperti celengan, miniatur, bros, tas, dan berbagai jenis produk lainnya. Untuk memproduksinya ini, dilakukan setiap hari, dengan jumlah yang bervariasi.
Nesa menceritakan bahwa dulu sewaktu ayahnya memulai membuat kerajinan batok kelapa itu, belum begitu banyak yang laku terjual. Namun semenjak dirinya memulai membantu ayahnya itu, ada perubahan yang dirasakan dari sisi penjualan.
"Jadi dulunya itu ayah saya terkendala dalam promosi produknya. Nah, ketika saya bantu ayah, tidak hanya turut membuat kerajinan batok kelapanya saja, tapi juga membantu mempromosikannya melalui berbagai media sosial dan platform belanja online," ujarnya.
Baca Juga
Menurutnya dengan memanfaatkan berbagai laman media sosial dengan nama NBT_Craft itu, penjualan kerajinan tumbuh begitu cepat. Bahkan per bulannya itu omzet yang diperoleh Nesa mencapai Rp5 juta.
Omzet Rp5 juta per bulan sudah terbilang bagus, mengingat keluarganya menggantungkan perekonomian dari hasil penjualan kerajinan batok kelapa tersebut."Yang paling banyak dipesan itu celengan dan tas, serta ada juga untuk alat bermain untuk siswa yang menggunakan batok kelapa," sebutnya.
Tidak tanggung-tanggung, pembeli NBT_Craft ini tidak hanya datang dari kalangan masyarakat di Sumbar saja, tapi juga telah tembus hingga ke pasar nasional dan hingga pasar global."Dengan memanfaatkan platform belanja online, kerajinan saya ini sudah dibeli oleh orang Filipina," katanya.
Nesa menyampaikan dengan usianya terbilang masih muda itu, sangat senang bisa produktif dan bisa membantu keluarganya. Karena bila dari sisi pendidikan, dia mengaku tidak sebagus kerajinan yang dihasilkannya tersebut.
Kendati demikian, dia tetap percaya diri dalam melakoni menjadi pelaku ekonomi kreatif. Selain mampu mendatangkan nilai ekonomi, di satu sisi upaya Nesa bersama sang ayah telah turut mengurangi limbah batok kelapa yang ada di daerah tersebut.
"Batok kelapanya itu limbah, saya kumpulkan dari pedagang penjual santan kelapa. Setelah itu saya cari pasangan batok kelapanya, dari sana akan saya pilah, mana yang cocok untuk dibuat celengan, dan mana yang cocok untuk tas. Jadi dipilah-pilah dulu," ujarnya.
Nesa berharap usahanya ini terus maju dan berkembang, dan bercita-cita bisa memiliki tempat rumah produksi yang lebih baik. Karena untuk saat ini, dia menyewa salah satu rumah yang ada di Padang Sarai tersebut.
Ayah dari Nesa, Syafri mengatakan usaha kerajinan batok kelapa tersebut sudah dimulai sejak pascagempa 2009 yang melanda Kota Padang. Namun pernah terhenti, akibat tidak adanya pembeli.
"Paling banyak laku terjual itu di masa pandemi Covid-19 lalu. Sudah ada Nesa yang bantu, karena dia anak muda yang paham dengan media sosial, jadi mudah memahami soal media sosial. Ternyata banyak yang pesan," katanya.
Dia menjelaskan bentuk dan model produk yang dilahirkanya tersebut terinspirasi dari kearifan lokal. Seperti ada miniatur Tugu Monumen Perdamaian yang ada di Pantai Padang, serta model dan jenis produk lainnya.
"Harganya bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga ratusan ribu rupiah untuk satu jenis kerajinannya," ujar dia.
Menurutnya selain ada di bantu Nesa, usahanya itu juga turut dibantu oleh adik Nesa. Artinya dalam memproduksi kerajinan batok kelapa tersebut, Syafri mengajak anak-anaknya turut terlibat.
"Saya latih mereka dari semua proses, memulai memilah batok kelapanya, membersihkannya, hingga merakitnya. Jadi untuk saat ini anak-anak saya sudah terlatih," tegasnya.
Menurutnya dengan adanya kerajinan batok kelapa itu, di satu sisi dirinya telah turut mempersiapkan mental anaknya menjadi seorang pelaku ekonomi kreatif.