Bisnis.com, PALEMBANG – Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang menyebut puncak kemarau akan mulai berlangsung pada September 2023.
Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Siswanto mengatakan fenomena itu akan memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang lebih masif dan berpotensi menimbulkan kabut asap ke Palembang.
“Dari fenomena ini, kita harus lebih waspada agar kebakaran tidak lagi meluas," katanya, Rabu (30/8/2023).
Menurut Siswanto, hasil pemantauan kondisi udara di Palembang tercatat kondisi udara sedang, dan cenderung tidak sehat beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini diperparah dengan prakiraan tujuh hari kedepan tidak terjadi hujan di wilayah rawan karhutla seperti Musi Banyuasin (Muba), Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI) dan Banyuasin.
“Walaupun hujan, potensinya sangat kecil, tidak sebanding dengan luas kebakaran yang terjadi,” jelasnya.
Baca Juga
Di lain sisi, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dari BPBD Sumsel, Ansori mengakui empat wilayah tersebut memang berpotensi menciptakan karhutla karena kekeringan musim kemarau.
Hingga saat ini, kata dia, baru kabupaten OKI yang menaikan status siaga menjadi darurat. Keputusan OKI dilatarbelakangi eskalasi kebakaran dan prediksi BMKG soal Hari Tanpa Hujan (HTH).
"Penambahan personel akan kita lakukan, termasuk menggunakan dana tidak terduga untuk pemadaman. Jika ada dua atau tiga kabupaten yang mengajukan Tanggap Darurat, maka penetapan status ini akan dilakukan di tingkat provinsi," pungkasnya. (K64)