Bisnis.com, PALEMBANG -- Teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan nilai operasi mencapai Rp2,03 miliar mulai diterapkan di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel).
TMC berupa hujan buatan itu dilakukan sebagai upaya mitigasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sudah mulai terjadi di beberapa daerah rawan di Sumsel.
Pejabat Pembuat Komitmen VI Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Zulfikar Ali mengatakan, pelaksanaan TMC itu akan berlangsung selama 12 hari dengan menggunakan pesawat Casa 212.
Dia menjelaskan, operasi itu nantinya membasahi gambut dengan memanfaatkan cumulonimbus yang berpotensi masih ada di wilayah Sumsel.
"Dengan hasil hujan buatan yang diperoleh dari TMC itu, diharapkan meningkatkan intensitas curah hujan utamanya di daerah rawan terbakar," kata Ali, Senin (12/6/2023).
Operasi ini juga ditunjukkan agar lahan gambut tetap dalam kondisi basah dengan ketinggian muka air tetap terjaga sekitar 40 sentimeter.
Pembasahan lahan gambut, imbuh Ali, juga terus dilakukan melalui jalur darat, melalui pembentukan enam posko dilokasi rawan terbakar.
Direktur Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tjahjo Pranoto mengungkapkan, untuk melaksanakan TMC itu, pihaknya juga tetap mengacu pada prediksi BMKG.
"Perhitungan harus tepat agar lokasi turunnya hujan bisa tepat sasaran dan tidak di daerah yang masih hijau," tegas Tjahjo.
Selanjutnya Tjahjo merinci, TMC yang akan dilakukan di Sumsel, membawa sekitar 800 kilogram hingga 1 ton garam (NaCl) dalam setiap penerbangannya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, dan Lahan (PPIKHL), Ferdian Kristanto menambahkan, pelaksanaan operasi TMC memang sudah sepatutnya segera dilakukan.
Hal itu lantaran beberapa daerah seperti Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, Palembang sudah mulai terjadi karhutla.
"Dugaan kebakaran ini terjadi akibat pembukaan lahan pertanian dan permukiman warga," terangnya.
Total, hingga bulan Mei 2023, luas lahan yang terbakar di Sumsel telah mencapai 1.050 hektare. Dan 300 hektare di dalamnya merupakan daerah lahan gambut.
"Meski lebih rendah (dari periode sebelumnya) tapi kita harus waspada, karena prediksi kemarau tahun ini juga terjadi lebih panas dari tahun sebelumnya," pungkasnya.
dan 300 hektare di antaranya membakar lahan gambut. Luas karhutla ini lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu dimana luas lahan terbakar saat itu mencapai 1.900 hektare.
"Meskipun begitu, kita harus lebih waspada karena kemarau tahun ini diprediksi akan lebih panas dibanding tahun lalu," pungkasnya. (K64)