Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada, Ancaman Krisis Pangan Efek El Nino di Sumatra

El Nino ini menurut BMKG dampaknya terjadi kekeringan, artinya sektor pertanian jadi terancam.
EL NINO./www.vox.com
EL NINO./www.vox.com

Bisnis.com, PADANG - Pengamat ekonomi dari Universitas Andalas Padang Prof Syafruddin Karimi menyebutkan ancaman dampak fenomena El Nino tidak hanya bicara soal cuaca panas, tapi ada hal yang patut diwaspadai rantai dari dampaknya itu dan ujung-ujungnya bisa mengganggu perekonomian.

Dia menjelaskan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Sumbar itu datang dari sektor pertanian dan perkebunan. Untuk pertanian ini bagus atau tidaknya produksi, tergantung pada kondisi cuaca.

El Nino ini menurut BMKG dampaknya terjadi kekeringan, artinya sektor pertanian jadi terancam. Bila sektor pertanian jadi terganggu, ujung-ujungnya ketersedian pangan bakal turut terganggu, dan akhirnya pasokan sembako ke pasar juga merasakan dampaknya.

"Jika ini terjadi, tidak hanya soal krisis pangan, tapi juga dapat menyebabkan terjadi inflasi," katanya ketika dihubungi Bisnis di Padang, Senin (5/6/2023).

Guru besar Unand ini menyampaikan kondisi yang demikian penting untuk dibahas dari sekarang oleh pemerintah daerah, dan dampak dari El Nino ini tidak bisa dianggap remeh. Karena kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia akan merasakan berlangsungnya El Nino.

"Ancamannya krisis pangan dunia. Lalu di Indonesia memang merupakan negara yang pangannya kuat, bukan berarti santai saja. Perlu langkah-langkah strategi yang dipersiapkan dari sekarang oleh pemerintah daerah, sehingga dampak El Nino bisa ditekan nantinya," tegas dia.

Menurutnya untuk mempersiapkan sektor pertanian yang tangguh itu, pemerintah seharusnya bergerak sejak dari sekarang membahas kesiapan. Karena melihat dari kinerja pemerintah daerah selama ini, kepedulian terhadap sektor pertanian itu masih setengah hati.

Misalnya soal produksi cabai merah, sampai saat ini produksi cabai merah lokal tidak begitu mendapat tempat di pasar lokal. Karena cabai merah yang banyak dijual di pasar-pasar di Sumbar ini datang dari Jawa dan Medan.

"Mungkin dari segi mendorong produksinya pemerintah telah turut terlibat, nah seperti kasus tidak adanya pasar bagi petani lokal itu. Sejauh ini saya lihat pemerintah daerah belum sampai membantu petani soal pemasaran itu, jikapun tidak bantu mencari pasar hasil panen, setidaknya ada solusi lain. Sehingga upaya pemerintah itu tuntas," ujarnya.

Misalnya untuk cabai merah itu, kalau petani sulut mendapat pasar, solusi yang bisa diberikan oleh pemerintah tersebut yakni memberikan alat pengolahan. Sehingga hasil panen itu bisa diolah dan dijual dalam bentuk kemasan.

"Saya ada mendapat cerita dari petani, mereka membutuhkan mesin untuk mengolah cabai merah jadi bubuk. Bila cabai merah hasil produksi lokal jadi bubuk, berpotensi untuk diekspor," ungkapnya.

Prof Syafruddin menyampaikan program kerja pemerintah daerah saat ini belum terlihat hasil yang dapat dikatakan tuntas, atau masih setengah-setengah.

Untuk itu, selain adanya solusi dari pemerintah daerah, hal lainnya yang dibutuhkan adalah ide dari pemerintah daerah menghadirkan program agar pertanian di Sumbar mampu bertahan menghadapi dampak El Nino tersebut.

Dikatakannya bicara penyumbang pertumbuhan ekonomi Sumbar, bila pemerintah daerah tidak mampu bertahan pada sektor pertanian itu. Ada alternatif atau sektor lainnya yang perlu diperkuat, seperti sektor manufaktur, pariwisata, dan pendidikan.

Untuk pariwisata, Prof Syafruddin melihat dampak El Nino tidak begitu berpengaruh. Artinya kunjungan wisatawan diperkirakan tidak begitu terganggu adanya cuaca panas tersebut.

"Jadi memang, sektor pertanian perlu dipersiapkan menghadapi El Nino ini. Pemerintah harus menyikapi secara serius, lakukan capaian secara tuntas, dan hal itu dilakukan dari sekarang, dan jangan menunggu petani terpekik dulu," harap dia.

Sementara itu, bicara dampak El Nino terhadap pertanian, Pemprov Sumbar juga diimbau untuk mempersiapkan langkah-langkah yang strategis, sehingga pertanian di Sumbar tetap tangguh.

"Sektor pertanian perkebunan dan perikanan adalah menyumbang ekonomi terbesar bagi Sumbar. Jika pertanian bermasalah atau gagal panen atau anjloknya produksi, maka ekonomi Sumbar bakal terganggu," kata Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sumbar Syukriah ditemui di tempat terpisah.

Menurutnya DJPb tentu akan melakukan koordinasi dengan Pemprov dan kabupaten kota untuk mengetahui apakah kondisi yang di daerah nantinya terkait dampak El Nino tersebut.

"Kalau pangan yang bermasalah, maka yang dikhawatirkan itu keterangan pangan di pasar. Nah akibatnya ada potensi inflasi. Hal ini penting untuk diwaspadai," tegasnya.

Dia menegaskan DJPb juga melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumbar, sehingga akan ada langkah-langkah yang akan dilakukan menghadapi ancaman dampak El Nino.

Sebelumnya dalam kunjungan kerja ke Padang, Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo sektor pertanian perkebunan patut diwaspadai terkait dampak El Nino tersebut, karena akan berpotensi terjadi kekeringan.

"Air itu adalah sumber utama pertanian. Saya berharap tidak hanya kepada petani saja, tapi semua pihak, agar bersama-sama untuk membantu dan mempersiapkan pertanian yang handal dalam kondisi El Nino itu," katanya.

Dia menjelaskan meski diperkirakan dampak El Nino di Indonesia tidak seperti yang dikhawatirkan di negara lain, namun bukan berarti bersantai-santai saja, tapi sebaliknya dari sekarang harus mempersiapkan segala upaya untuk mengantisipasi atau meminimalisir dampak dari suhu ekstrim tersebut.

"Dalam waktu ada kegiatan Penas (Pekan Nasional) Tani di Padang. Saya melihat nantinya pada kegiatan itu dihadirkan sistem pertanian yang menggunakan teknologi. Nah hal ini bisa jadi salah satu upaya, agar pertanian dengan sistem teknologi mampu berproduksi dengan baik pada saat menghadapi suhu udara yang panas," ujarnya.

Dikatakannya kegiatan Penas Tani yang akan digelar 5-10 Juni 2023 mendatang itu, dapat menjadi momentum saling bertukar informasi dalam pengembangan pertanian melalui penerapan teknologi.

"Saya mengajak para generasi milenial, ayo menjadi petani, sehingga pangan di Indonesia semakin kuat," harap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Noli Hendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper