Bisnis.com, MEDAN - Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas investor di Sumatra Utara (Sumut) pada tahun 2022 berasal dari generasi Milenial dan generasi Z.
Namun, tidak sedikit yang menjadi investor hanya karena faktor fear of missing out (FOMO) saja, bahkan tanpa modal pengetahuan dasar bermain saham. Padahal, investor pemula harus tahu bagaimana bersikap terhadap segala kemungkinan pergerakan kurva harga saham yang dibelinya. Bukan hanya tahu saat harga sahamnya cuan saja, akan tetapi juga ketika harga saham anjlok.
Investor harus jeli memperhitungkan kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan jatuhnya pasar saham.
Namun apa saja yang sesungguhnya menyebabkan harga saham bisa mengalami penurunan drastis?
Kepala Perwakilan BEI Sumut M Pintor Nasution menyampaikan faktor pertamanya adalah harga saham yang turun akibat kondisi perekonomian.
"Kondisi ekonomi bisa dibilang sebagai salah satu faktor yang berdampak pada naik turunnya harga saham. Saat ekonomi sedang mengalami resesi global, biasanya nilai saham akan mengalami penurunan. Hal ini karena dampak dari resesi global dinilai berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi pasar modal suatu negara," ujar Pintor, Selasa (28/3/2023).
Faktor kedua, sambungnya, kondisi politik. Tak hanya kondisi ekonomi saja, namun kondisi atau iklim politik global pun juga memiliki andil pada naik dan turunnya harga saham dunia.
"Misalkan, saat aksi terorisme sedang berlangsung di suatu negara di dunia, apalagi jika negara tersebut terbilang berpengaruh di dunia, maka kemungkinan akan terjadi penurunan aktivitas ekonomi, begitu juga dengan harga saham," ujar Pintor.
Kemudian faktor ketiga yaitu kinerja sektoral atau industri. Hal tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi naik dan turunnya harga saham dikarenakan saat sektor industri tertentu menunjukkan kinerja yang terbilang lesu, maka kondisi itu bisa berdampak pada menurunnya harga saham di sektor industri tersebut.
"Saat Pandemi Covid-19 terjadi, banyak sektor industri yang terkena dampak dan berakhir dengan turunnya harga saham pada periode tersebut. Namun, harga saham yang naik dan turun merupakan suatu pengalaman yang biasa bagi investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal," pungkasnya.