Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia: 25 Kabupaten/Kota di Sumut Masuk Daerah Relatif Tertinggal

Kepala BI Sumut Doddy Zulverdi menjelaskan upaya pengendalian inflasi di Sumut masih menemui berbagai tantangan.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Ketimpangan antar wilayah di Sumatra Utara masih cukup tinggi jika mengacu pada tipologi klasen 2022, yang mana masih terdapat 25 kabupaten/kota yang masuk daerah relatif tertinggal di Sumut.

Artinya, sebagian besar kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Sumut serta nilai PDRB per kapita yang juga lebih rendah dari Provinsi Sumut pada tahun 2022. 

Inflasi adalah satu hal yang berkaitan erat jika membicarakan pertumbuhan ekonomi. Karena jika pertumbuhan ekonomi suatu daerah rendah, maka angka inflasinya justru cenderung tinggi. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Doddy Zulverdi menjelaskan upaya pengendalian inflasi di Sumut masih menemui berbagai tantangan, baik dari aspek produksi, distribusi dan konsumsi. 

"Beberapa tantangan yang sering muncul adalah kurangnya manajemen pola tanam yang baik, disparitas pasokan dan harga antar wilayah produsen serta konsumen, rantai pasok dan alur distribusi yang panjang, (dan) gejolak peningkatan permintaan menjelang HBKN," ujar Doddy pada Launching 4th Sumatranomics 2023, Senin (13/3/2023).

Diketahui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumut pada tahun 2022 mencapai 72,71. Namun angka tersebut masih berada di bawah capaian nasional. 

Hal ini menunjukkan masih perlunya upaya untuk terus mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM). 

Sementara itu, tingkat literasi digital di Sumut pada tahun 2022 berada pada angka 3,46. Yang mana angka ini masih lebih rendah dari angka nasional yang mencapai angka 3,54. 

"Kemampuan literasi digital yang baik tentu diperlukan. Salah satunya karena dapat memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan sosial berbasis digital milik pemerintah yang pada akhirnya turut membantu menekan angka kemiskinan," sambung Doddy.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, lanjut Doddy, dibutuhkan sinergi bauran kebijakan untuk memperkuat kualitas pertumbuhan, stabilitas harga dan mendorong inklusi keuangan. 

Karena di samping penguatan sinergi, kawasan Sumatra khususnya Sumut masih memiliki sejumlah potensi yang dapat digali, terutama dalam hal peningkatan nilai tambah industri, kualitas pariwisata, dan juga ketahanan pangan dan energi. 

Untuk itu, inovasi dalam mendukung transformasi sektor riil menjadi hal yang penting untuk meningkatkan nilai tambah dalam mendukung hilirisasi, pariwisata, ketahanan pangan dan energi. 

"Selain itu, digitalisasi ekonomi dan keuangan diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ataupun instrumen pembayaran digital lainnya masih berada di bawah 599 dari PDRB Sumatra Utara," paparnya.

Menurut Doddy hal tersebut perlu didorong dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas transaksi, di antaranya melalui Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD), serta perluasan merchant dan peningkatan penggunaan Ouick Response Code Indonesian Standard (ORIS). 

"Dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional khususnya di kawasan Sumatra, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara turut mendorong peran serta masyarakat luas untuk berkontribusi memberikan sumbangan pemikiran dan rekomendasi pemulihan ekonomi dalam suatu wadah yaitu Sumatranomics : Call for Paper," lanjutnya lagi.

Pada event Sumatranomics tahun keempat ini, tema utama yang diusung adalah 'Sinergi dan Inovasi untuk Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Regional untuk Indonesia Maju'. 

Doddy menyampaikan bahwa melalui penyelenggaraan 4th Sumatranomic 2023, setidaknya terdapat 2 tujuan utama yang ingin diperoleh.

"Pertama sebagai upaya penggalian ide dan rekomendasi kebijakan strategis yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi Bank Indonesia serta Pemerintah Daerah dalam mendukung akselerasi pemulihan ekonomi Sumatra. Hasil pemikiran berbasis riset tersebut dituangkan dalam bentuk paper oleh para peserta yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi, dan mahasiswa," paparnya.

Kemudian tujuan kedua adalah untuk menyediakan wadah bagi para akadimisi, praktisi, dan mahasiswa dalam mengembangkan kapasitas riset sehingga berkontribusi terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas periset, khususnya di wilayah Sumatra. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper