Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Berpotensi Jadi Negara Pengekspor EBT Abadi Tahun 2050

Dalam perhitungannya, penduduk Indonesia di tahun 2050 hanya akan menggunakan setengah dari neraca yang berkisar 400 Giga Watt (GW). 
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil/Bisnis-Wisnu Wage
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil/Bisnis-Wisnu Wage

Bisnis.com, MEDAN - Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil sebut energi Indonesia pada 2050 akan surplus banyak.

"Di 2050 energi kita ini surplus sampai kiamat. Karena energi yang surplus itu bukan energi yang mengeruk perut bumi lagi. Seperti hari ini, listrik kita kan mengeruk perut bumi, melalui batu bara. Bensin kita ngebor perut bumi," ujar Ridwan yang juga Gubernur Jabar ini di Medan, Kamis (2/2/2023).

Pernyataan tersebut dikutip Ridwan dari hasil studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford yang menyatakan bahwa hanya Indonesia, negara satu-satunya yang surplus energinya berlimpah.

Sementara dalam perhitungannya, penduduk Indonesia di tahun 2050 hanya akan menggunakan setengah dari neraca yang berkisar 400 Giga Watt (GW). 

Dari hasil studi tersebut Ridwan Kamil pun optimis bahwa Indonesia mampu menjadi negara pengekspor energi abadi bagi dunia nantinya.

Namun dikarenakan saat ini masih dalam masa transisi dari pemanfaatan fosil sebagai bahan baku energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan, Ridwan menilai pengadaptasian Energi Baru Terbarukan (EBT) ini masih harus berdasarkan keputusan politik yang melibatkan peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Nah tapi kan kita sedang transisi. Dalam masa transisi itu okelah migasnya tolong maksimalkan. Karena si energi terbarukan ini belum datang. Masih hitungan matematik, belum bisa langsung dicolok begitu, butuh keputusan politik. 

Pada kesempatan tersebut Ridwan Kamil yang juga merupakan Gubernur Jawa Barat itu meminta kepada perwakilan daerah untuk dapat mengoptimalkan penghasilan daerah melalui pembagian 10 persen keuntungan yang diberikan oleh pebisnis ataupun investor dari pertambangan di daerahnya masing-masing.

"Setiap minyak dan gas yang dikeruk dari bumi, itu di pebisnis, investor, harus membagi 10 persen keuntungannya. Tapi di negeri ini rezeki itu engga ditunggu Pak, mesti dijemput. Kalau nunggu bertahun-tahun," timpal Ridwan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper