Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemprov Sumbar Optimistis Inflasi 2023 Bakal Terkendali

Salah satu penyebab tingginya inflasi di Sumbar pada tahun 2022 itu karena adanya kenaikan sejumlah harga barang dampak dari adanya kenaikan harga BBM.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat optimistis inflasi pada tahun 2023 ini bakal terkendali dengan baik bila dibandingkan tahun 2022.

Melihat pada inflasi di Sumbar pada tahun 2022 yang secara keseluruhan mencapai 7,43 persen (yoy), naik 1,4 persen (yoy) jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldi mengatakan salah satu penyebab tingginya inflasi di Sumbar pada tahun 2022 itu karena adanya kenaikan sejumlah harga barang dampak dari adanya kenaikan harga BBM serta adanya perayaan di hari besar sepanjang tahun 2022 itu.

"Berbeda pada tahun 2021 lalu, inflasi di Sumbar tergolong rendah, karena geliat ekonomi belum begitu maksimal. Sementara di tahun 2022 ekonomi mulai menggeliat, sehingga mengakibatkan delta harga menjadi tinggi," katanya, Minggu (29/1/2023).

Di satu sisi Audy mengklaim bahwa inflasi yang terjadi di Sumbar hanya dalam catatan angka saja, sementara fakta di lapangan tidak merasakan dampak secara langsung.

Menurutnya situasi yang terlihat di lapangan, justru tingkat kemiskinan di Sumbar termasuk yang paling rendah di Indonesia dan nilai tukar petani mengalami kenaikan.

"Inflasi ini kan banyak sumbangan dari bahan-bahan pertanian. Dengan naiknya harga pertanian ekonomi masyarakat kita yang 60 persennya petani dan nelayan justru naik," ujar wagub.

Untuk itu, menjalani tahun 2023 ini, dia optimis inflasi di Sumbar nantinya akan turun dibandingkan tahun 2022. "Kalau tahun ini saya yakin berdasarkan kalkulasi hitungan inflasi kita akan rendah lagi, karena sudah mulai di angka yang tinggi," kata Audy.

Di kesempatan yang sama, Sekdaprov Sumbar Hansastri mengingatkan perlunya kehati-hatian menafsirkan angka agar tidak terjadi kekeliruan, khususnya dalam mengambil kebijakan.

Dia menyatakan melihat pada data inflasi, yang dihitung adalah delta atau selisih pertambahan harga. "Jadi inflasi tertinggi bukan berarti harga kita paling tinggi di Indonesia. Tapi itu kita dibandingkan dengan periode sebelumnya," jelas dia.

Menurutnya bahkan petani bersyukur, karena disamping inflasi itu terdapat peningkatan nilai tukar petani.

Berdasarkan data BPS menyatakan bahwa pada tahun 2021 surplus produksi pangan di Sumbar menyebabkan harga pangan rendah. Setelah terjadi delta kenaikan harga pada akhir tahun 2022, bahkan Indeks Harga Konsumen yang menjadi penentu inflasi di Sumbar masih sama dengan provinsi-provinsi lainnya.

Tercatat secara keseluruhan, inflasi di Sumbar terutama disumbang oleh delta pertambahan harga pada komoditas bensin, beras, angkutan udara, cabai merah, telur, rokok kretek dan rokok filter, mobil, bahan bakar rumah tangga, dan sabun detergen.

Sementara diantara upaya yang dilakukan dalam pengendalian inflasi yaitu operasi-operasi pasar murah, pencanangan gerakan tanam cabe, program produksi pupuk organik dan bantuan rumah kompos, pendampingan smart digital farming, bantuan alsintan dan saprodi, optimalisasi alokasi BTT, DTU dan dana desa, serta pemberian subsidi transportasi Trans Padang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper