Bisnis.com, PADANG - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatra Barat menyatakan budi daya kerang mutiara yang ada di Pulau Bintangor telah terhenti sebelum masuknya wabah pandemi Covid-19.
Kepala DKP Sumbar Desniarti mengatakan budi daya kerang mutiara memang sempat menjadi primadona, karena memiliki nilai jual yang bagus. Bahkan di Sumbar, Bintangor menjadi pulau yang pertama kali ada budi daya kerang mutiara.
"Dulu ada investor di sana. Kalau sekarang sudah tidak ada lagi budi daya kerang mutiaranya, karena investornya menarik usaha. Alasan dia, biaya cukup besar," katanya, Jumat (20/1/2023).
Dia mengakui bahwa budi daya kerang mutiara itu terbilang sangat potensial, karena memiliki nilai jual yang tinggi. Namun sangat disayangkan, investor malah memilih menarik usahanya.
Sebelumnya terhitung tahun 2015, ada investor yang melakukan uji coba budi daya kerang mutiara di Pulau Bintangor. Hasil dari budi daya itu, ternyata mampu raup pendapatan mencapai Rp80 juta per tahunnya.
Investor kerang mutiara berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Benih kerang mutiara yang dibudidaya itu berasal dari Bangka Belitung dan Ambon.
Benih kerang mutiara tersebut berupa bintik-bintik kecil yang sulit untuk dipandang mata dengan jarak sekitar 1 meter.
Benih berukuran tersebut setelah didapatkan, butuh waktu dua bulan untuk dipindahkan ke keranjang, sebelum digantungkan ke tempat yang serupa dengan tempat membakar ikan, yang nantinya dimasukkan kerambah yang berada di sekitar pulau.
Panen kerang mutiara sudah bisa dipanen di usia enam bulan. Dengan usia itu, bisa meraup pendapatan Rp6-7 juta per bulannya. Namun, untuk meraih proses tersebut, perlu adanya persiapan keramba dan memeriksa kualitas air lautnya, apakah bagus atau cocok untuk membudidaya kerang mutiara.