Bisnis.com, PALEMBANG -- Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumatra Selatan memastikan laju inflasi dapat terkendali jelang tutup tahun 2022.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) Sukerik mengatakan secara bulanan kekhawatiran atas kenaikan harga BBM memicu inflasi besar-besaran, namun sejauh ini tidak terbukti.
"Pada bulan Oktober dan November terjadi deflasi yang dipicu penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan," katanya baru-baru ini.
Namun demikian, ia tetap mengingatkan akan ada potensi inflasi atau kenaikan harga bahan kebutuhan pokok terutama pada momen akhir tahun.
"Rata-rata harga komoditas strategis, kita anggap warning pada 2 minggu ke depan," katanya.
Sukerik mencontohkan harga beras. Selama tiga bulan terakhir, komoditas beras menjadi penyumbang inflasi.
Baca Juga
Secara tersirat, Sukerik memastikan beras selalu tersedia di pasar jika masyarakat membutuhkannya.
"Indikatornya kalau beli beras, pasti ada di pasar. Namun diprediksi cadangan menipis karena baru panen pada bulan Februari, Maret dan April 2023 nanti," jelasnya.
Selain beras, ia juga mengingatkan komoditas lain, berikutnya daging ayam, di mana kegiatan natal dan tahun baru pasti akan berdampak.
Lalu, bawang putih sedikit mengalami peningkatan dibandingkan November kemarin, harga cabai merah naik tipis, dan juga cabai rawit mengalami peningkatan signifikan.
Sementara Pelaksana Tugas Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Pemprov Sumsel, Dharma Budi mengatakan kalau ada potensi kenaikan harga bahan sembako, diminta segera lakukan intervensi pasar untuk menstabilkan harga beras dan sembako secara umum.
"Segera lakukan operasi pasar, sehingga harga beras tidak terjadi kenaikan harga pasar," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan, Erwin Soeriadimadja mengatakan, penurunan harga pada cabai merah dan cabai rawit terutama didorong oleh adanya peningkatan pasokan seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra produksi.
"Selain itu, deflasi yang lebih dalam juga didorong oleh penurunan harga pada komoditas angkutan udara dengan andil sebesar -0,041% (mtm)," ungkap dia.