Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumbar Inflasi Tertinggi di Pulau Sumatra, Masih Disebabkan Kenaikan Harga BBM

Inflasi 6,87 persen itu menempatkan Sumbar sebagai daerah inflasi tertinggi di Pulau Sumatra
Pegawai SPBU tengah melayani pengendara untuk pendaftaran MyPertamina di area SPBU Ngalau, Kota Padang Panjang, Sumatra Barat, Jumat (1/7/2022)/Bisnis-Muhammad Noli Hendra
Pegawai SPBU tengah melayani pengendara untuk pendaftaran MyPertamina di area SPBU Ngalau, Kota Padang Panjang, Sumatra Barat, Jumat (1/7/2022)/Bisnis-Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga November 2022 inflasi year on year Kota Padang sebesar 6,85 persen dan Kota Bukittinggi sebesar 7,01 persen. Secara agregat, inflasi yoy gabungan dua kota di Provinsi Sumatra ini sebesar 6,87 persen.

Kepala BPS Provinsi Sumbar Herum Fajarwati mengatakan dengan angka inflasi 6,87 persen itu menempatkan Sumbar sebagai daerah inflasi tertinggi di Pulau Sumatra. Dimana urutan pertama diduduki Kota Bukittinggi 7,01 persen dan urutan kedua masih dari Sumbar yakni Kota Padang 6,85 persen.

"Kalau secara nasional itu inflasi antar kota yang tertinggi Tanjung Selor 9,20 persen, dan yang terendah Kota Ternate 3,26 persen. Kalau Bukittinggi di urutan ke 11 dan Padang urutan ke 12," katanya, Kamis (1/11/2022).

Dia menjelaskan inflasi yoy gabungan dua kota terjadi karena adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada semua kelompok pengeluaran.

Seperti untuk kelompok transportasi sebesar 15,83 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,86 persen. Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 7,48 persen. Dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 5,40 persen.

Serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,11 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 4,03 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,96 persen. Kelompok kesehatan sebesar 2,59 persen. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 2,37 persen. Kelompok pendidikan sebesar 2,33 persen. Dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,12 persen.

"Tapi bila dilihat pada November 2022, secara (month to month/mtm) terjadi deflasi sebesar 0,27 persen dan secara (year to date/ytd) November 2022 terjadi inflasi sebesar 6,42 persen," ujarnya.

Herum menjelaskan ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil dominan terhadap inflasi yoy gabungan dua kota di Sumbar pada November 2022.

Seperti bensin, beras, angkutan udara, mobil, rokok kretek filter, bahan bakar rumah tangga, telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair, bawang merah, biaya pulsa ponsel, dan beberapa komoditas lainnya.

Serta ada rental, pir, televisi berwarna, biaya administrasi transfer uang, udang asin, dan beberapa komoditas lainnya.

Sementara yang menyebabkan terjadinya deflasi secara mtm 0,27 persen itu, Herum menyampaikan terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil dominan terhadap deflasi mtm gabungan dua kota di Sumbar pada November 2022 tersebut.

Komoditas itu yakni cabai merah, angkutan udara, ikan gembolo/ikan aso-aso, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, cabai hijau, mangga, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, udang basah, cabai rawit, dan beberapa komoditas lainnya.
 
Sementara itu, komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil dominan terhadap inflasi mtm gabungan dua kota  di Sumbar November 2022 adalah beras, daging ayam ras, emas perhiasan, ayam hidup, tahu mentah, telur ayam ras, tomat, tempe, upah asisten rumah tangga, sabun mandi, dan beberapa komoditas lainnya.

"Jadi dampak kenaikan harga BBM pada November 2022 itu masih dirasakan. Buktinya bensin memberikan andil 1,14 persen dan untuk inflasi 29,96 persen. Bensin merupakan komoditas tertinggi yang turut menyebabkan inflasi di Sumbar," tegasnya.

Begitu pun untuk komoditas beras, beberapa terakhir ini juga masih menjadi komoditas penyumbang inflasi di Sumbar.

Menurutnya kenaikan beras tersebut juga dampak dari kenaikan harga BBM yang turut membuat biaya angkut dan transportasi naik, dan hal itu berdampak kepada harga beras di pasar.

Sementara untuk komoditas yang membuat deflasi mtm adalah minyak goreng. Harga minyak goreng tergolong sudah mulai stabil di pasar, mampu membuat deflasi mtm. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper