Bisnis.com, MEDAN - Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Utara (Sumut) memproyeksikan akan ada tantangan prospek ekonomi yang tengah menanti pada 2023.
Deputi Bank Indonesia Sumut Ibrahim menyampaikan bahwa tantangan yang pertama adalah ketidakpastian global yang berisiko menimbulkan resesi perlu dicermati oleh dunia usaha.
"Kesiapan Industri domestik dalam merespons permintaan perlu menjadi perhatian. Aspek daya saing dan digitalisasi perlu terus didorong dalam rangka memperkuat resiliensi UMKM dan mendukung pengembangan ekonomi syariah," jelas Ibrahim, Rabu (30/11/2022).
Kemudian, lanjut Ibrahim, yang kedua adalah risiko gangguan supply yang dapat menekan inflasi domestik. Untuk itu peningkatan produksi komoditas pangan perlu menjadi perhatian. Perluasan KAD dan penguatan infrastruktur diperlukan untuk mendukung kelancaran distribusi dan menjaga ketersediaan pasokan.
"Yang ketiga yaitu koordinasi antar provinsi dengan kabupaten dan kota perlu didorong untuk menciptakan aglomerasi industri dan hilirisasi guna mendorong peningkatan ekonomi daerah yang lebih besar," sambungnya.
Terakhir yakni infrastruktur ekonomi hijau masih perlu dikembangkan. Pembangunan yang seimbang dengan tetap mengedepankan aspek lingkungan diperlukan untuk mendukung implementasi peta jalan ekonomi hijau yang telah direncanakan pemerintah.
Sebelumnya Ibrahim dalam pidato Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Hotel Adimulia Medan pada Rabu (30/11/2022), menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi di Sumut pada 2022 terus berlanjut dengan pertumbuhan konsumsi dan ekspor terus menguat.
Meski inflasi sempat naik melebihi inflasi nasional sebesar 3±1 persen, Ibrahim optimis stabilitas sistem keuangan terus terjaga
Ibrahim juga memproyeksi pada 2023 potensi penguatan ekonomi di Sumut akan tetap tumbuh 3,9 persen sampai 4,7 persen. Dengan laju inflasi diperkirakan akan lebih rendah dari yang sebelumnya.