Bisnis.com, PEKANBARU - Bagi warga Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Riau, air bersih menjadi sesuatu yang berharga dan mahal nilainya apabila kondisi cuaca kering dan musim kemarau. Kampung ini letaknya di tepi laut pesisir timur Sumatra, berbatasan langsung dengan Pulau Bengkalis, dan kondisi tanahnya adalah gambut.
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat yang tinggal di wilayah gambut adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Sumber air bersih yang kian langka karena alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan monokultur, telah merusak tata kelola air di wilayah gambut sehingga air gambut tidak layak lagi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Warga Desa Lubuk Muda, Andi Saputra mengaku tak terkejut jika penduduk setempat terpaksa memakai air gambut atau kerap disebut air merah dan air teh di sumur rumah, untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus.
"Tapi masalahnya saat tiba musim kemarau, air di sumur-sumur mengering dan tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan MCK. Belum lagi saat terjadi pasang keling atau pasang dalam, yang memicu air laut naik ke darat dan merendam sumur warga. Kalau sudah begini, air di sumur tidak bisa dipakai lagi," ujar Andi, Kamis (10/11/2022).
Sementara itu, masyarakat belum siap dan tidak memiliki akses infrastruktur dalam mengelola air gambut, menjadi air yang layak digunakan dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi masyarakat. Untuk kebutuhan air minum, penduduk Desa Lubuk Muda mengandalkan air hujan yang dimasak.
Baca Juga
Kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat melalui Usaha Depot Air Minum dengan teknologi reverse osmosis (RO)/ Istimewa
Kini setelah perkembangan teknologi air minum, warga terbiasa membeli air galon isi ulang yang didatangkan dari desa sebelah dan diantarkan dengan mobil pikap setiap 3-4 hari tiap pekannya. Harganya dijual Rp8.000 per galon. Dulunya, di wilayah itu belum ada usaha air minum sehingga mau tidak mau warga pun menggantungkan kebutuhan air pelepas dahaganya dari luar kampung.
Berangkat dari kondisi itu, PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit Sei. Pakning yang beroperasi dekat dengan Desa Lubuk Muda, membantu warga untuk mendapatkan solusi masalah air bersih yang kerap menghantui penduduk.
Pjs. General Manager PT KPI Refinery Unit II, Khabibullah Khanafie menyebutkan berdasarkan hasil rekomendasi Pemetaan Sosial dan Studi Inovasi Sosial UGM pada 2021, Pertamina sebagai perusahaan yang juga memanfaatkan air Sungai Dayang dalam proses pemenuhan air baku untuk operasi kilang Sei. Pakning, berupaya untuk berkontribusi aktif dalam penyediaaan sanitasi dan air bersih yang layak bagi masyarakat di Desa Lubuk Muda.
"Dengan kompetensi pengelolaan air bersih yang dimiliki oleh Perwira Pertamina terutama pada bagian Water Treatment Plant [WTP], Pertamina melakukan transfer kompetensi inti [Core Competency] kepada masyarakat di Desa Lubuk Muda untuk mengelola air sungai dengan proses filtrasi bertingkat dan menghasilkan air bersih yang layak digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari," ujarnya.
Dia menjelaskan dalam penyediaan air bersih, Pertamina mengembangkan inovasi baru berupa Perubahan Sistem Rangkaian Alat Filtrasi Air Gambut (Filagam) yang mampu mengolah air sungai yang juga air gambut, menjadi air bersih.
Inovasi ini merupakan hasil dari peningkatan kapasitas masyarakat, yang sebelumnya tidak bisa mengolah air sama sekali, menjadi terampil dalam menerapkan teknologi. Layanan baru yang pertama digunakan oleh masyarakat ini diharapkan mampu menjawab permasalahan dan kebutuhan masyarakat terhadap sanitasi dan air bersih. Kebaruan inovasi ini juga dibuktikan adanya Hak Paten No.S00202107928.
Dua anggota Kelompok Tirta Muda mendengarkan penjelasan dari Perwira Pertamina (kanan) tentang alat pompa pada sistem pengolahan air gambut pada program Filagam/ Istimewa
Pada tahun ini, kapasitas pengolahan air bersih Filagam telah ditingkatkan, yang sebelumnya memiliki kapasitas 1,500 liter per hari menjadi 4,000 liter atau 15.184 ton/tahun. Kemudian juga dilakukan peningkatan kualitas air yang berhasil menghilangkan rasa dan bau sehingga hasil pengolahan sudah sesuai dengan standard air bersih dari Permenkes No.32/2017.
"Keberhasilan Filagam dalam pengolahan air bersih telah memberikan manfaat bagi masyarakat, dan didukung dengan adanya pipanisasi sepanjang 1 kilometer ke wilayah strategis permukiman warga, sehingga akses air bersih dapat dimanfaatkan masyarakat Desa Lubuk Muda sebanyak 116 KK," ujar Khabibullah Khanafie.
Dari sisi kelembagaan, program ini juga telah mampu mengembangkan model manajemen organisasi pengelola air bersih di bawah Kelompok Masyarakat yang baru terbentuk bernama Kelompok Tirta Muda. Andi Saputra terpilih sebagai ketua kelompok dan menjalankan pengelolaan air bersih di kampungnya.
Pengelolaan air bersih di bawah Kelompok Tirta Muda, yang beranggotakan 10 orang ini, bertujuan untuk memastikan keberlanjutan kegiatan di masyarakat dapat terlaksana karena telah mendapat transfer kompetensi inti dari Pertamina dan memiliki unit pengelola mandiri.
Keberlanjutan program ini dilaksanakan dalam kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat melalui Usaha Depot Air Minum dengan teknologi reverse osmosis (RO). Melalui teknologi ini, pH air FILAGAM yang semula 6.5 meningkat hingga 7.5 sehingga layak untuk dikonsumsi.
Hal ini memberikan akses lebih mudah bagi masyarakat karena sebelumnya tidak terdapat depot air di Desa Lubuk Muda. Depot Air RO ini mampu memproduksi air sehingga 72 galon per hari serta menjangkau pemasaran hingga 3.107 orang dengan pendapatan hingga Rp86 juta.
Untuk harga jual yang diberikan kepada warga setempat lebih murah yaitu Rp5.000 pergalon, sehingga ikut membantu memudahkan penduduk mendapatkan air minum berkualitas dengan harga terjangkau. Sehingga keberlanjutan program ini tidak hanya menjawab permasalahan ketersediaan air bersih, namun juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Desa Lubuk Muda.
Andi mengakui kini warga Desa Lubuk Muda sudah tidak perlu lagi menunggu air hujan untuk kebutuhan air minum, atau khawatir harus mencuci baju putih dengan air merah.
"Masyarakat desa kami sudah senang, sejak ada program Filagam ini air bersih menjadi mudah didapat dan air minum juga lebih murah dan bisa diantar sampai ke rumah."