Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bekal Pertamina Bikin Susi Berdaya di Luar Penjara

Stigma bukan satu-satunya kenyataan yang harus dihadapi para narapidana perempuan setelah mereka keluar dari pintu penjara.
Susi Etmisari (kanan) melayani seorang pembeli kue buatannya di Kawasan Plaju, Kota Palembang. Susi merupakan mantan narapidana yang menjadi mitra usaha binaan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel. /Bisnis-Dinda Wulandari
Susi Etmisari (kanan) melayani seorang pembeli kue buatannya di Kawasan Plaju, Kota Palembang. Susi merupakan mantan narapidana yang menjadi mitra usaha binaan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel. /Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, PALEMBANG - Stigma bukan satu-satunya kenyataan yang harus dihadapi para narapidana perempuan setelah mereka keluar dari pintu penjara. Hal nyata lainnya adalah menyambung hidup. Bekal keterampilan dari penjara adalah jalan keluar sebenarnya.

Tak mudah bagi Susi Etmisari untuk menerima kenyataan harus mendekam di penjara pada empat tahun silam. Perempuan berusia 55 tahun itu kadang tak menyangka bisa melalui kehidupan di hotel prodeo bertahun-tahun, terpisah dari anak dan suami, lantaran tersandung kasus narkoba.

“Semua serba cepat, saat penggerebekan saya dituduh bersekongkol dengan suami yang ternyata menjual narkoba,” katanya saat ditemui Bisnis di kediamannya, Lorong Aman, Kecamatan Plaju, Kota Palembang, baru-baru ini.

Butuh waktu satu bulan untuk Susi beradaptasi dengan kehidupan di dalam tembok derita itu, Susi harus menanggung ulah sang suami dan menerima kenyataan bahwa hidupnya seketika berubah total saat menjadi warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Kelas II A Palembang.

Namun, tidur bersama puluhan WBP perempuan di dalam satu ruangan, dan keterbatasan lainnya tidak membuat Susi patah semangat. Dalam keterbatasan itulah Susi mendapatkan keahlian yang berguna untuk menata kembali kehidupannya di luar penjara.

Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM memang menyediakan berbagai pelatihan kemandirian untuk para WBP, termasuk di Lapas Perempuan Kelas II A Palembang. Di dalam penjara, para WBP mendapatkan beragam pelatihan keterampilan, mulai dari menjahit, kriya, kecantikan, tata boga hingga hidroponik.

Selama mendekam di Lapas, Susi pun memanfaatkan waktu untuk mengasah keahliannya. Berbagai program pelatihan kemandirian ia ikuti hingga akhirnya ia mantap menjadi peserta bimbingan kerja (bimker) di bidang makanan. 

Saat itu, pihak Lapas Perempuan Kelas II A Palembang berkolaborasi dengan Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) menggelar program pelatihan bakery pada 2020.

Susi pun menghirup udara bebas pada 18 Februari 2021. Dihadapkan pada kondisi sebagai tulang punggung keluarga, lantaran suaminya masih dipenjara, ibu tiga anak itu kini mencari nafkah dengan berjualan kue.

“Ternyata saat keluar, ilmu yang saya dapat dari penjara itu jadi modal utama untuk melanjutkan hidup,” kata Susi.

Susi mengaku tak gamang saat melangkah keluar dari penjara. Apalagi, kepercayaan diri Susi untuk menata masa depannya bertambah karena mendapat dukungan dari PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel).

Diketahui, Susi merupakan satu dari belasan WBP Lapas Perempuan Kelas II A Palembang yang dibina Pertamina Patra Niaga Sumbagsel.

Selepas dari penjara, pemberdayaan untuk perempuan mantan narapidana itu ternyata berlanjut, Susi pun dibekali Pertamina gerobak kue untuk mendukung usaha kulinernya. Ia juga masuk dalam daftar mitra usaha binaan Pertamina.

“Saya juga mendapat instalasi hidroponik untuk di perkarangan rumah, sehingga bisa mandiri pangan. Syukur-syukur nanti hasil panen juga bisa dijual buat tambah penghasilan,” ujarnya.

Eks narapidana itu kini telah menjadi pelaku usaha mikro dengan omzet sekitar Rp400.000 per hari. Dari jumlah itu, Susi bisa mengantongi keuntungan Rp150.000 per hari.

Alhamdulilah bisa ada pendapatan untuk uang dapur dari berjualan kue” katanya.

Energi untuk Masa Depan

Sebagai perusahaan energi, ternyata Pertamina turut mengembangkan inisiatif kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Komitmen itu tak hanya untuk urusan internal perusahaan, melainkan juga mengalir ke lingkungan eksternal, lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), hingga menerobos ke dalam tembok penjara perempuan di Palembang.

Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Regional Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan warga binaan pemasyarakatan (WBP) perempuan merupakan salah satu sasaran kelompok rentan.

 “Mereka membutuhkan perhatian untuk lepas dari lingkaran kriminalitas,” katanya saat dihubungi Bisnis.

Hal ini juga sejalan dengan tujuan ke-5 dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs), yakni mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

Nikho memaparkan Pertamina telah menggulirkan program pembinaan kepada para WBP Lapas Perempuan Kelas II A Palembang sejak tahun 2020.

Keterlibatan Pertamina dalam pemberdayaan warga binaan dimulai lewat program Gerakan Wanita Tanam Sayuran (Gertas) dengan penerima manfaat sebanyak 15 WBP.

Tak sekadar memberikan pelatihan dan sarana serta fasilitas hidroponik, Pertamina pun mendorong agar peserta program juga bisa mengolah hasil panen menjadi produk hilir yang memiliki nilai tambah.

Sehingga, Pertamina mengembangkan program tata boga di La Panille Bakery, toko roti yang dikelola Lapas Perempuan Palembang untuk menjadi wadah hasil karya para WBP di bidang bakery. Di workshop ini pula Susi menempa keterampilannya hingga akhir menjadi bekal selepas ia keluar dari Lapas.

“Ternyata para WBP bisa menyulap sayuran hidroponik menjadi biskuit sayuran di La Panille Bakery,” katanya.

Setelah menggelontorkan bantuan hidroponik senilai Rp100 juta, Pertamina kembali menyalurkan bantuan untuk menunjang pembuatan roti dan kue di La Panille Bakery, mulai dari mixer, alat pengembang roti, alat pembagi adonan hingga oven. Pasalnya, biskuit sayuran yang dibuat para penghuni tahanan itu mendapat respon positif bahkan sering dijajakan pihak Lapas dalam kegiatan pameran.

Nikho melanjutkan berbagai program pelatihan yang digulirkan itu tak lain bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian ekonomi WBP perempuan. 

Oleh karena itu, program pembinaan Pertamina tak hanya ada di dalam Lapas. Bekerja sama dengan Balai Pemasyarakatan (BAPAS), pihaknya kembali memberdayakan para mantan narapidana perempuan lewat program serupa. Susi menjadi satu dari empat eks napi yang dibina Pertamina.

 “Kami ingin keterampilan yang diberikan Pertamina ini bisa menjadi kekuatan untuk menangkap peluang usaha saat mereka bebas, dan pada akhirnya tidak kembali berada di lingkaran kriminalitas,” katanya.

Harapan Nikho itu seirama dengan asa yang tertanam di benak WBP binaan yang masih menjalani sisa hukuman.

Yenni Anggraini, misalnya. Perempuan berusia 30 tahun itu bertekad untuk tak lagi mencari nafkah lewat berjualan narkoba.

“Setelah dapat pelatihan bakery dari Pertamina, saya ingin nanti membuka usaha toko roti, meski memang harus mikirin modalnya,” kata Yeni yang mendapat hukuman 13 tahun penjara itu.

Begitu pula yang dirasakan Lismawati, 55 tahun, narapidana korupsi. Mantan bendahara DPRD Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur itu mengaku program pelatihan dari Pertamina telah memberikan banyak manfaat untuknya selama di dalam tahanan.

“Saya bisa tetap produktif dengan kegiatan hidroponik ini. Rencananya nanti saat keluar saya ingin bercocok tanam di kampung biar hidup lebih tenang,” katanya.

Bangkitkan Harapan Warga Binaan

Sementara itu Kepala Lapas Kelas II A Palembang, Ike Rahmawati, menilai program kerja sama dengan Pertamina tersebut bisa membangkitkan harapan para warga binaan.

“Mereka jadi lebih semangat karena merasa punya bekal untuk melanjutkan hidup dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar hukum,” katanya.

Direktur Women Crisis Center (WCC) Palembang Yesi Ariani mengatakan tak jarang banyak mantan narapidana perempuan yang menutup diri dari kehidupan sosial.

Oleh karena itu, menurut dia, pembinaan keterampilan di dalam penjara merupakan faktor penting untuk mereka bisa berubah dan bisa menghapus stigma.

“Ketika dilatih maka ada keterampilan yang didapat dan itulah yang bisa membuat mereka berdaya,” katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumsel, Henny Yulianti, menilai pentingnya pemberdayaan terhadap para narapidana perempuan. Apalagi, untuk mereka yang menjadi tulang punggung keluarga.

“Mereka harus mandiri secara ekonomi, caranya memang saat di dalam para napi perempuan ini harus dibekali keahlian,” katanya.

Dia menambahkan semua pihak dapat mengambil bagian dalam pemberdayaan perempuan, tak hanya pihak Lapas maupun pemerintah yang mengalokasikan anggaran untuk pembinaan melainkan juga pihak ketiga, yakni perusahaan lewat program CSR.

“Dengan kolaborasi bersama itu, para narapidana perempuan punya kekuatan untuk membuktikan mereka berdaya sehingga bisa meraih masa depan yang lebih baik,” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper