Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Anjlok, Petani Porang di Sumbar Berharap Ada Pabrik

Saat ini harga porang tengah mengalami tren penurunan, dari Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp3.800 per kilogram.
Porang semakin menjadi tren setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepaskan ekspor komoditas tersebut ke China, Selasa (19/11/2019). /Kementan
Porang semakin menjadi tren setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepaskan ekspor komoditas tersebut ke China, Selasa (19/11/2019). /Kementan

Bisnis.com, PADANG - Komoditas porang yang dulu sempat menjadi primadona oleh petani di Provinsi Sumatra Barat, kini kondisinya memprihatinkan.

Ketua Perkumpulan Petani Penggiat Porang Nusantara (P3N) Sumbar Dirmansyah mengatakan saat ini harga porang tengah mengalami tren penurunan, dari Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp3.800 per kilogram.

"Kondisi ini membuat petani porang mulai redup semangatnya, tak seperti dulu. Apalagi ekspor porang terhenti, yang dulunya pernah dikirim ke China, membuat porang mulai ditinggalkan," katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (17/10/2022).

Penyebab turunnya harga porang itu, karena China menutup kran ekspor porang, menyikapi situasi pandemi Covid-19 yang menunjukan peningkatan kasus.

Namun berselang beberapa bulan, China kembali membuka keran ekspor, tapi China memberikan syarat baru kepada pelaku ekspor porang di Indonesia, yakni porang yang dijual itu harus dari petani yang sudah disertifikasi.

"Untuk sertifikasi petani porang itu tujuannya bagus sih, cuma untuk sebuah komoditas porang yang belum begitu populer di Indonesia, maka sertifikasi dianggap petani sebuah hal yang menyulitkan," ungkap dia.

Dirmansyah menyebutkan kendati keinginan petani untuk menanam porang telah surut, P3N meminta petani tetap bertahan, karena P3N tengah merancang untuk mengurus hulu hilir porang tersebut.

Hal yang dipersiapkan kini yakni berencana untuk mendirikan pabrik pengolahan porang dengan berbagai produk. Dengan demikian, produksi porang di Sumbar tidak bergantung pada ekspor, tapi bisa dijual ke pabrik.

"Untuk mendirikan pabrik itu kita butuh dana sekitar Rp15 miliar. Jadi sembari menunggu adanya investor, kita perlu memperluas lahan porang," ujarnya.

Dirmansyah menjelaskan saat ini luas perkebunan porang di Sumbar 150.000 hektare. Untuk mengoperasikan pabrik porang minimal harus mempunyai lahan 300.000 hektare.

Untuk itu P3N menargetkan perluasan lahan bisa dilakukan dari tahun ke tahun untuk wilayah Sumbar.

"Lahan pertanian porang di Sumbar tersebar di seluruh daerah, termasuk di Kabupaten Kepulauan Mentawai juga ada bertanam porang, karena porang merupakan jenis umbi-umbian yang dapat tumbuh di hutan," ujarnya.

Hanya saja untuk kawasan pertanian porang di Sumbar tidak terlalu luas untuk masing-masing petaninya. Karena ada yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk budidaya porang menggunakan polybag.

Persoalan lain yang membuat petani merasa harga Rp3.800 per kilogram itu tidak wajar, karena untuk memanen umbian porang tersebut butuh waktu yang panjang.

"Porang ini kalau untuk umbiannya itu panen selama 8 bulan dengan berat satu buah porang itu mencapai satu hingga tiga kilogram," sebutnya.

Rencana Pendirian Pabrik Porang

Dirmansyah memaparkan rencana pendirian pabrik porang itu berada di wilayah Kota Padang, karena memiliki akses yang dekat menjangkau sejumlah kabupaten dan kota, dan lebih dekat untuk melakukan ekspor.

Nilai investasi pabrik itu diperkirakan Rp15 miliar, yang terdiri dari sejumlah peralatan pengelolaan untuk memproduksi sejumlah produksi yang terbuat dari porang.

Mulai dari chips porang, tepung porang, dan berbagai produk lainnya. "Produk porang ini kalau bisa diproduksi dan diminati, banyak manfaat, dan dapat dikonsumsi oleh orang penderita diabetes," sebutnya.

Dirmansyah melihat agar komoditas porang itu mendapat tempat bagi selera masyarakat, perlu adanya dukungan dari pemerintah, sehingga produksi olahan porang memiliki pasar yang bagus.

"Jadi kalau pabrik ini jalan, kita tidak bergantung pada ekspor lagi. Tapi cukup jual ke pabrik dan nantinya akan dikonsumsi untuk lokal maupun dalam negeri," tutupnya.

Oleh karena itu, Dirmansyah berharap petani porang yang ada saat ini agar tetap bertahan dan tetap membiarkan porang yang telah ditanam memasuki masa panen.

Bagi masyarakat yang ingin menanam porang, bisa membeli bibit dengan harga yang lebih murah, ketimbang awal-awal porang diperkenalkan di Sumbar, dimana ketika harga bibit terbilang cukup tinggi.

"Kalau bingung mau tanam di mana, sebenarnya bisa ditanam di hutan. Karena porang ini tanaman liar. Jadi tidak perlu membabat hutan untuk mendapatkan lahan. Tapi biar hutan hijau, nanti ditanami bibit porangnya," ucap Dirmansyah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper