Bisnis.com, PADANG — Kondisi Pertashop di wilayah Provinsi Sumatra Barat tengah menurun. Penjualan BBM oleh mitra Pertamina itu turun 60 persen pada tahun 2022 ini.
Ketua Umum Pertashop Sumbar Bersatu, Ramadanur, mengatakan, kondisi pelaku usaha Pertashop di wilayah Sumbar tengah bersedih karena penjualan turun cukup signifikan.
"Kondisi ini terjadi akibat naik turun harga BBM yang ditetapkan pemerintah. Memang per 1 Oktober 2022 lalu BBM nonsubsidi yakni Pertamax turun, tapi masih saja memberikan dampak kepada minat masyarakat membeli BBM ke Pertashop," katanya, Minggu (9/10/2022).
Dia menyebutkan dengan keberadaan Pertashop yang berdekatan dengan masyarakat di perdesaan, kondisi harga Pertamax terbilang cukup memberatkan bagi masyarakat.
Saat ini harga Pertamax Rp13.900 per liter dari sebelumnya Rp14.500 per liter. Harga Rp13.900 per liter itu dinilai masih sulit dijangkau oleh masyarakat di perdesaan.
"Namanya masyarakat desa, kendaraan mereka tidak seperti di perkotaan. Paling banyak pakai sepeda motor dan itu pun cc rendah. Jadi mereka memilih beli Pertalite. Ditambah lagi harga Pertamax mahal, semakin membuat minat masyarakat ke Pertashop jadi minim," ujarnya.
Baca Juga
Dia menyatakan kondisi yang dialami oleh pelaku usaha atau mitra saat ini, perlu ada sentuhan atau perhatian khusus dari Pertamina atau pemerintah. Karena kondisi saat ini, akibat turunnya penjualan di Pertashop, mitra mengaku merasa kewalahan memenuhi biaya operasional, termasuk pembayaran pembiayaan lainnya.
"Jika boleh meminta, berikanlah kuota penjualan Pertalite ke Pertashop. Hal ini dipastikan akan membantu kemajuan Pertashop," ungkapnya.
Dikatakannya jika Pertalite dijual di Pertashop maka target pemerintah untuk mengalokasikan BBM bersubsidi untuk masyarakat ekonomi rendah akan tepat sasaran.
Karena BBM bersubsidi itu lebih tepat dinikmati oleh masyarakat di pedesaan, dan penjualannya itu disediakan di setiap Pertashop.
"Saya rasa jika Pertashop boleh jual Pertalite, pasti akan banyak muncul Pertashop-Pertashop di pedesaan dan bahkan hingga pelosok negeri sekalipun," ungkapnya.
Sementara itu, Section Head Communication & Relations Pertamina Sumbagut, Agustiawan, mengakui bahwa telah terjadi penurunan penjualan sekitar 60 persen bagi Pertashop di Sumbar.
Di Sumbar ada sebanyak 346 unit Pertashop yang telah beroperasi dan tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Sumbar.
Bahkan hingga akhir tahun 2022 ini masih ada 24 unit Pertashop lagi yang hendak disebar di Sumbar dari target tahun ini sebanyak 81 unit Pertashop.
"Hingga saat ini sudah terbangun 57 unit Pertashop dari 81 unit yang ditargetkan di tahun 2022 ini," kata Agus dihubungi terpisah oleh Bisnis.
Terkait kondisi yang dialami oleh Pertashop itu, Agus menyatakan Pertamina dalam kepeduliannya mengembangkan bisnis Pertashop, mencoba untuk membangun ekosistem bisnis lain di dalam Pertashop dengan menggandeng pihak lainnya.
Seperti BUMN lainnya untuk diajak berkolaborasi membangun bisnis di lingkungan Pertashop, diantaranya kios pupuk dari PT Pupuk Indonesia, Brilink dari BRI, Bulog, Pos Indonesia, dan lainnya.
"Konsep ini masih penjajakan sebenarnya. Bahkan beberapa waktu yang lalu sudah mulai dipaparkan skema bisnis nya dari BRI dan pupuk. Alhamdulillah banyak yang tertarik," ungkap Agus.
Dia berharap Pertashop akan menjadi penopang kebutuhan masyarakat di pedesaan terhadap BBM. Karena keberadaan Pertashop merupakan agen distribusi kecil yang melayani konsumen di tingkat desa atau daerah di luar jangkauan daerah SPBU.
Sesuai fungsi dari Pertashop sebagai lembaga penyalur SPBU di tingkat yang lebih kecil yang menjual BBM non subsidi yaitu Pertamax dan LPG non subsidi seperti Bright Gas.