Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Dunia Pariwisata Kini Berubah, Pengusaha Putar Otak Urai Tantangan Baru Jadi Peluang

Pelaku usaha mesti lebih cermat dan lihai beradaptasi dengan pergeseran tren dan minat wisatawan imbas Covid-19.
Sejumlah wisatawan asing di Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, belum lama ini. / Istimewa
Sejumlah wisatawan asing di Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, belum lama ini. / Istimewa

Bisnis.com, MEDAN - Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatra Utara meningkat drastis seiring pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat. Selain itu, pergerakan wisatawan lokal juga terpantau meningkat belakangan ini.

Pada Mei 2022, tercatat ada 3.861 kunjungan wisatawan asing ke Sumatra Utara. Jumlahnya meningkat 681,58 persen dibanding jumlah kunjungan April 2022.

Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Sumatra Utara Solahuddin Nasution, pergerakan di atas menyajikan peluang sekaligus tantangan baru bagi dunia bisnis pariwisata.

Solahuddin mengatakan, pelaku usaha mesti lebih cermat dan lihai beradaptasi dengan pergeseran tren dan minat wisatawan imbas Covid-19.

Pandemi, kata dia, telah mengubah kebiasaan serta pola pikir masyarakat, termasuk mengenai wisata. Saat ini, tren wisata alam semakin digemari. Keberadaan destinasi berkonsep alam bebas dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian kembali naik daun. Istilah populernya adalah hidden gem.

Pergeseran yang terjadi, menurut Solahuddin, ideal bila diiringi dengan perubahan strategi. Baik pada segi marketing maupun komponen lain dalam bisnis pariwisata, sehingga peluang dapat dimaksimalkan menjadi keuntungan.

"Tren pariwisata kita itu ada pergeseran. Kita butuh paket-paket penawaran yang baru untuk menyesuaikan tren tersebut," kata Solahuddin kepada Bisnis, Rabu (6/7/2022).

Pandemi Covid-19 yang telah merebak selama dua tahun sempat menyebabkan perekonomian terpuruk. Ada banyak pemilik usaha yang terpaksa menerapkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya. Bahkan tak sedikit dari perusahaan yang jatuh bangkrut dan gulung tikar.

Kondisi di atas, menurut Solahuddin, membuat banyak pelaku usaha harus bekerja lebih ekstra karena memulai kembali semuanya dari awal. Seperti menyusun kembali manajemen usaha dan merekrut pekerja.

Selama pandemi, ada banyak pelaku usaha pariwisata yang beralih ke bidang usaha lainnya. Bagi mereka yang bertahan, kini saatnya menjalin kembali komunikasi dengan para mitra dan jaringan. Termasuk membangun kembali database.

"Tidak semudah membalikkan telapak tangan seperti dulu. Jadi yang pertama kami butuh konsolidasi dulu," katanya.

Menurut Solahuddin, pandemi Covid-19 tidak hanya mendatangkan bencana. Namun juga menawarkan harapan.

Setelah terkekang dalam pembatasan aktivitas selama lebih dari dua tahun, hasrat masyarakat untuk kembali liburan dan berwisata ria diperkirakan semakin tinggi. Bahkan kini muncul istilah revenge tourism atau wisata balas dendam. Fenomena ini diprediksi bakal terjadi di mana pun. Tak terkecuali Indonesia.

Jika dikelola dengan tepat, maka pelampiasan dari puncak kerinduan banyak orang untuk berwisata bisa memberi keuntungan berlipat bagi pelaku usaha. Peningkatan tersebut tentunya juga sekaligus berdampak positif terhadap perekonomian daerah.

"Secara psikologis, sebenarnya sangat besar peluang itu. Tapi harus didukung dengan faktor-faktor lain," kata Solahuddin.

Menurutnya, satu di antara faktor yang memperlambat akselerasi sektor pariwisata di tengah masa pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat ini adalah harga tiket pesawat.

Solahuddin mengatakan, frekuensi penerbangan merupakan indikator untuk mengukur tingkat kebangkitan dunia pariwisata. Sejauh ini, frekuensinya masih jauh di bawah catatan prapandemi. Namun pada perkembangan lain, sejumlah maskapai kini juga sudah membuka rute-rute penerbangan baru.

Peluang bisnis yang terselip dalam fenomena revenge tourism tersebut dikhawatirkan tidak berbuah maksimal jika tak didukung dengan fasilitas yang terjangkau.

"Tetapi, saya melihat peluang di atas harus didukung faktor-faktor lain. Yang utama seperti tarif penerbangan. Tarif penerbangan kita saat ini terlalu mahal," katanya.

Menurut Riko Darmawan, seorang pelaku usaha wisata di Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, terjadi peningkatan intensitas dan jumlah kunjungan wisatawan asing ke destinasi tersebut. Peningkatan mulai terjadi sejak Mei 2022.

Riko memperkirakan terdapat kurang lebih 100 orang turis mancanegara yang berwisata ke Bukit Lawang kurun dua bulan terakhir. Peningkatan ini, kata Riko, membangkitkan optimisme sekaligus harapan para pelaku usaha wisata di tempat tersebut.

Seperti diketahui, Bukit Lawang merupakan destinasi wisata unggulan Sumatra Utara yang menawarkan keindahan alam beserta isinya. Selain sungai khas hutan hujan tropis, Bukit Lawang juga dikenal sebagai habitat spesies langka orang utan Sumatra (Pongo abelii).

Dengan berbagai keistimewaannya, Bukit Lawang tidak cuma menjadi destinasi favorit wisatawan lokal. Namun juga wisatawan mancanegara.

"Saat ini sudah mulai ramai lagi, turis mulai berdatangan kembali. Wisatawan lokal juga masih banyak dan biasa di akhir pekan," kata Riko kepada Bisnis.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatra Utara melalui empat pintu masuk pada Mei 2022 lalu mencapai 3.861 kunjungan.

Jumlahnya meningkat 681,58 persen dibanding April 2022 yang sebanyak 494 kunjungan. Sedangkan dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), kunjungan wisatawan asing ke Sumatra Utara pada Mei 2022 melonjak hingga 7.622,00 persen.

Seperti diketahui, kunjungan pada Mei 2021 silam hanya berjumlah 50. Kondisi tersebut tak lepas dari upaya pembatasan pergerakan masyarakat.

Pada Mei 2022, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatra Utara berasal dari sejumlah negara. Yang paling banyak datang dari Malaysia. Kemudian dari Singapura, Australia, Jerman dan India.

"Ini sinyal positif untuk bangkitnya pariwisata kita ke depan," kata Kepala BPS Sumatra Utara Nurul Hasanudin, Senin (4/7/2022).

Masih mengutip data BPS, jumlah penumpang domestik yang datang ke Sumatra Utara melalui Bandara Internasional Kualanamu berjumlah 224.658 orang pada Mei 2022. Jumlahnya meningkat tipis dibanding kedatangan April 2022 yang tercatat 196.820 orang.

Kedatangan penumpang internasional ke Sumatra Utara melalui Bandara Internasional Kualanamu pada Mei 2022 tercatat 15.595 orang, meningkat signifikan dibanding kedatangan April 2022 yang hanya sebanyak 2.187 orang.

Sebaliknya, keberangkatan penumpang domestik dari Bandara Internasional Kualanamu pada Mei 2022 tercatat 245.423 orang, meningkat dari keberangkatan April 2022 lalu yang sebanyak 167.574 orang.

Sedangkan jumlah keberangkatan penumpang internasional dari Bandara Internasional Kualanamu pada Mei 2022 sebanyak 16.793 orang. Jumlah ini juga meningkat drastis dibanding keberangkatan April 2022 yang hanya 2.207 orang.

Di sisi lain, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatra Utara pada Mei 2022 rata-rata 49,09 persen, atau naik 15,26 poin dibanding April 2022 yang hanya sebesar 33,83 persen.

Rata-rata, durasi menginap tamu asing dan tamu lokal di hotel berbintang 1,48 hari selama Mei 2022 turun 0,01 poin dibanding April 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper