Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Barat menyebutkan inflasi di provinsi tersebut pada Juni 2022 mencapai 1,18 persen yang didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas.
Beberapa komoditas yang memberikan andil dominan terhadap inflasi selama Juni 2022 di Sumbar adalah cabai merah, cabai hijau, bawang merah, ikan tongkol, ikan gembolo dan ikan sisik, serta rokok kretek filter.
Persoalan ini membuat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumbar duduk bersama mencari langkah-langkah agar inflasi tetap terkendali.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan pada momen jelang Iduladha tahun ini, Sumbar dilanda dengan persoalan kenaikan harga sejumlah bahan pokok. Komoditi yang paling dirasakan naik adalah cabai merah dan bawang merah.
"Kenaikan harga cabai merah ini pengaruh pasokan yang berkurang akibat cuaca, terutama di darah Jawa sebagai pemasok cabai merah terbesar di Sumbar. Kenaikan harga mencapai Rp100 ribu per kilogram," katanya, Selasa (5/7/2022).
Bahkan dibeberapa daerah juga sempat mencapai harga lebih dari Rp100.000 per kilogramnya. Kendati pasokan cabai merah ke Sumbar berkurang, ternyata produksi cabai merah lokal tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan.
Begitu juga untuk bawang merah, kendati harganya tidak setinggi cabai merah, namun harga bawang merah yang sempat di angka Rp50.000 per kilogram, maka jumlah itu juga termasuk naik.
Menurut gubernur biasanya harga cabai merah di Sumbar di angka normal di kisaran Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram untuk bawak ukuran super. Sedangkan untuk berukurang sedang dan menengah, berada di bawah Rp15.000 per kilogram.
Manyeldi mengatakan melihat sejak pasca Ramadan dan hari Raya Idulfitri 1443 H, Sumbar mengalami kenaikan inflasi pada bulan Mei 2022 sebesar 5,18 persen, meningkat dibandingkan realisasi April 2022 sebesar 3,93 persen.
Realisasi inflasi Sumbar pada bulan Mei berada di urutan ke-1 inflasi tertinggi di kawasan Sumatra dan secara tahunan urutan ke-2 tertinggi di kawasan Sumatera setelah Provinsi Bangka Belitung.
Kenaikan inflasi di Sumbar pada bulan Mei 2022, lanjut gubernur disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara, harga daging ayam ras dan telur ayam ras, ikan gambolo/ikan aso aso, bawang merah dan daging sapi.
Sementara pada Juni 2022, disebabkan oleh kanaikan harga cabai merah dan bawang merah, serta beberapa komoditas lainnya.
"Bawang merah memang tidak separah cabai merah naik. Tapi dua komoditi yang membuat Sumbar inflasi pada Juni 2022. TPID harus berpikir agar kondisi ini segera disikapi, mengingat momen Iduladha tinggal beberapa hari lagi," tegasnya.
Dikatakannya poin penting yang bisa dilakukan TPID saat ini adalah perlu meastikan ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi serta komunikasi efektif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Mahyeldi kondisi yang terjadi saat ini, seakan menjadi tantangan yang luar biasa bagi TPID dalam masa pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
"Untuk itu kita juga harus mendorong adaptasi dalam inovasi pada bidang teknologi, untuk mengoptimalkan pasokan dan kelancaran distribusi," sebutnya.
Berdasarkan data BPS Sumbar, perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) umum di Sumbar pada Juni 2022 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,18 persen (mtm), atau sedikit menurun dibandingkan realisasi inflasi Mei 2022 yang sebesar 1,40 persen (mtm).
Secara spasial, pada Juni 2022 Kota Padang mengalami inflasi sebesar 1,16 persen (mtm), atau mengalami penurunan dibandingkan inflasi pada Mei 2022 yang sebesar 1,38 persen (mtm).
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A, cabai merah mengalami inflasi yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan di wilayah Sumbar dan dari Jawa, akibat curah hujan yang cukup tinggi.
Bawang merah tercatat mengalami inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bawang merah lokal akibat belum masuknya masa panen bawang merah di Sumbar.
Dikatakannya curah hujan yang tinggi juga tercatat menyebabkan penurunan kualitas bawang merah serta meningkatnya kendala pengeringan hasil panen.
"Komoditas ikan-ikanan mengalami kenaikan harga terutama disebabkan oleh keterbatasan pasokan ikan dari nelayan akibat cuaca yang kurang baik," ujarnya.
Di sisi lain, komoditas daging ayam ras, jengkol, dan minyak goreng menahan laju inflasi pada kelompok ini dengan nilai deflasi masing-masing sebesar -0,22 persen; -0,05 persen; -0,04 persen (mtm).
Deflasi pada komoditas daging ayam ras tercatat disebabkan oleh kembali normalnya permintaan setelah periode Hari Raya Idulfitri.
Komoditas jengkol mengalami deflasi akibat masih melimpahnya pasokan di tengah permintaan yang relatif stabil pada komoditas tersebut. Adapun deflasi pada komoditas minyak goreng selain disebabkan oleh kembali normalnya permintaan dan penurunan harga TBS Sawit di tingkat petani.
Kelompok transportasi tercatat mengalami deflasi pada Juni 2022 dengan nilai deflasi sebesar -0,99 persen (mtm) dan andil sebesar -0,14 persen (mtm). Deflasi kelompok transportasi sejalan dengan penurunan tarif angkutan udara dan kendaraan carter/rental dengan nilai andil deflasi masing-masing sebesar -0,08 persen dan -0,05 persen (mtm).
Angkutan udara dan kendaraan rental mengalami deflasi disebabkan oleh penurunan harga akibat kembali normalnya permintaan pasca HBKN Idulfitri 1443H. (k56)