Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan mulai menyalurkan sebanyak 12.200 dosis vaksin penyakit mulut dan kuku atau PMK untuk hewan ternak di provinsi itu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ruzuan Effendi mengatakan pihaknya sudah menerima sebanyak 12.200 dosis. Semua vaksin itu sudah didistribusikan ke kabupaten dan kota di Sumsel.
“Tahap awal kita mendapatkan jatah sebanyak 12.200 dosis, dan tahap selanjutnya kita masih menunggu dari pusat," ujarnya, Rabu (28/6/2022).
Sebetulnya, kata Ruzuan, pihaknya mengajukan sebanyak 500.000 dosis vaksin. Namun, lantaran Sumsel tercatat sebagai zona kuning penyebaran wabah PMK, maka pusat mengalokasikan lebih rendah.
Menurut dia, sebanyak 12.200 dosis tersebut akan langsung disuntikkan ke hewan ternak, terutama sapi indukan, pejantan dan anakan (pedet) yang usianya di atas dua minggu.
"Kami targetkan penyuntikan 12.200 dosis ini bisa selesai sebelum 5 Juli 2022. Untuk kabupaten dan kota kami harapkan segera menggencarkan vaksinasi ini,” katanya.
Secara wilayah, kata Ruzuan, distribusi dosis vaksin paling banyak ke Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Pasalnya, jumlah populasi sapi di wilayah tersebut yang terbanyak di Sumsel.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), dari total populasi Sapi Sumsel sebanyak 313.185 ekor, sekitar 24,35 persen atau sebanyak 76.263 ekor sapi berada di OKU Timur.
“Vaksin itu 17 kabupaten kota semuanya mendapatkan bagian, hanya saja yang paling banyak itu di OKU Timur, karena jumlah hewan ternak di sana banyak dan jalur pendistribusiannya aktif,” kata Ruzuan.
Ruzuan mengatakan, Indonesia sendiri mengimpor vaksin PMK sebanyak 3 juta dosis, namun yang baru datang saat ini hanya 800.000 dosis. Layaknya vaksin Covid-19, vaksin PMK juga memiliki dosis sampai tiga kali.
“Nanti sapi yang sudah divaksin akan ditandai, atau rencananya akan diberi chip. Sebab, pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali dengan jangka waktu tiga bulan untuk vaksin kedua dan enam bulan untuk vaksin ketiga atau booster,” jelasnya.
Untuk hewan kurban, kata Ruzuan, tidak termasuk ke dalam daftar hewan penerima vaksin lantaran akan segera dieksekusi.
“Kalau untuk hewan kurban tidak kita vaksin karena nanti kan akan dipotong,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumsel, Mawardi Yahya mengatakan masyarakat tidak khawatir terkait daging hewan ternak yang terjangkit PMK. Sebab tidak mempengaruhi kesehatan pada manusia.
“Memang kalau dikonsumsi tidak mempengaruhi kesehatan, namun nilai jualnya yang turun. Sehingga peternak rugi. Makanya harus diberantas cepat,” terangnya.
Oleh sebab itu, Mawardi mengatakan apabila dosis vaksin mashi dibutuhkan untuk memberantas PMK maka akan dilakukan pengajuan lagi untuk menambah jumlahnya.