Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Sumut Surplus US$411,97 Juta

Neraca perdagangan Sumatra Utara surplus US$411,97 juta pada Februari 2022. Perhitungan ini diperoleh berdasar ekspor senilai US$885,40 juta dan impor senilai US$473,42.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Neraca perdagangan Sumatra Utara surplus US$411,97 juta pada Februari 2022. Perhitungan ini diperoleh berdasar ekspor senilai US$885,40 juta dan impor senilai US$473,42.

Meski mencatatkan surplus, nilai yang diperoleh pada Februari 2022 cenderung menurun dibanding neraca perdagangan pada Januari 2022.

Kala itu, ekspor Sumatra Utara tercatat senilai US$956,41 juta dan impor senilai US$529,29 juta. Sehingga terdapat surplus senilai US$427,12 juta pada Januari 2022 lalu.

Dengan demikian, terjadi penurunan surplus senilai US$15,15 juta bila dibandingkan Februari 2022.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara, terdapat tiga negara yang menyumbang surplus untuk perdagangan internasional Sumatra Utara pada Februari 2022. Ketiganya adalah Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.

Sedangkan tiga negara terbesar yang menyumbang defisit adalah Argentina, Australia dan Singapura.

"Neraca perdagangan di Februari 2022 yang lalu tercatat surplus US$411,97 juta. Ini menjadi hal positif untuk dinamika perdagangan internasional kita, khususnya di Sumatra Utara," ujar Kepala BPS Sumatra Utara Nurul Hasanudin, Senin (11/4/2022).

Pada Februari 2022 lalu, ekspor Sumatra Utara turun sebesar 7,43 persen. Begitu juga dengan impor yang turun sebesar 10,56 persen.

Nilai ekspor melalui pelabuhan muat di wilayah Sumatra Utara mengalami penurunan pada Februari 2022 jika dibandingkan Januari 2022. Yaitu dari US$956,41 juta menjadi US$885,40 juta, atau turun sebesar 7,43 persen. 

Namun bila dibanding Februari 2021, ekspor Sumatra Utara mengalami kenaikan sebesar 19,75 persen.

Berdasar catatan BPS, golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor Sumatera Utara terbesar pada Februari 2022 terhadap Januari 2022 adalah golongan ampas/sisa industri makanan sebesar US$10,07 juta. Kenaikannya mencapai 25,81 persen.

Sementara itu, Tiongkok masih jadi negara tujuan ekspor Sumatra Utara terbesar pada Februari 2022. Nilainya mencapai US$125,09 juta. Kemudian diikuti Amerika Serikat sebesar US$77,00 juta dan Rusia sebesar US$56,41 juta. Komposisi ketiganya memberi kontribusi mencapai 29,20 persen.

Menurut kelompok negara utama tujuan ekspor pada Februari 2022, ekspor ke kawasan Asia (di luar ASEAN) merupakan yang terbesar dengan nilai US$293,00 juta atau menyumbang 33,09 persen.

Berdasarkan sektornya, pertanian mengalami penurunan US$6,03 juta atau -9,92 persen pada Februari 2022 dibandingkan Januari 2022. Penurunan juga dialami sektor industri sebesar US$65,03 juta atau -7,26 persen.

Kontribusi nilai ekspor sektor industri tercatat sebesar 93,81 persen dan sektor pertanian sebesar 6,19 persen. Sedangkan gabungan sektor pertambangan dan penggalian, sektor minyak dan gas, serta sektor lainnya sebesar 0,00 persen.

Di sisi lain, nilai impor melalui Sumatra Utara atas dasar cost, insurance & freight (CIF) pada Februari 2022 lalu tercatat US$473,42 juta atau turun sebesar 10,56 persen dibanding Januari 2022 yang mencapai US$529,29 juta.

Namun bila dibanding dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, nilai impor mengalami kenaikan sebesar 11,16 persen.

Menurut golongan penggunaan, nilai impor barang modal pada Februari 2022 tercatat turun sebesar 27,86 persen dibanding Januari 2022. Begitu juga dengan barang konsumsi yang turun 26,33 persen dan bahan baku/penolong turun sebesar 6,90 persen.

Pada Februari 2022, golongan barang yang mengalami kenaikan nilai impor terbesar adalah gula dan kembang gula sebesar US$22,01 juta atau 311,95 persen.

Tiongkok jadi negara pengimpor terbesar dengan nilai mencapai US$124,21 juta. Kontribusinya menyumbang 26,24 persen dari total impor Sumatra Utara. Diikuti oleh Singapura sebesar US$67,70 juta atau 14,30 persen dan Malaysia sebesar US$62,75 juta atau 13,25 persen.

Nilai impor terbesar pada Februari 2022 lalu berasal dari golongan bahan bakar mineral sebesar US$109,68 juta, diikuti mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar US$38,31 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper