Bisnis.com, MEDAN - Peningkatan permintaan dari tiga negara pangsa mendorong ekspor karet Sumatra Utara kembali bergeliat pada Maret 2022. Ketiga negara itu adalah China, Brazil dan Turki.
Berdasar data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara, volume ekspor karet ke tiga negara tersebut tercatat signifikan pada bulan lalu.
China berkontribusi sebesar 9,03 persen. Sedangkan Brazil sebesar 8,66 persen dan Turki sebesar 7,56 persen.
Secara total, ekspor karet Sumatra Utara pada Maret 2022 berjumlah 33.882 ton. Terjadi peningkatan sebesar 18,1 persen dibanding ekspor Februari 2022 yang berjumlah 28.698 ton.
Selain faktor demand atau permintaan, menurut Sekretaris Gapkindo Sumatra Utara Edy Irwansyah, peningkatan juga disebabkan penurunan delay shipment atau penundaan pengapalan.
"Kenaikan ini seiring dengan naiknya demand dan semakin sedikitnya volume yang delay shipment. Adanya peningkatan demand berasal dari China, Brazil, dan Turki," kata Edy, Minggu (10/4/2022).
Walau terjadi kenaikan pada Maret, volume ekspor untuk Triwulan I 2022 tercatat masih di bawah capaian periode yang sama tahun lalu. Penurunannya menyentuh 4,97 persen menjadi 95.188 ton.
Pada Maret 2022, terdapat 31 negara pangsa ekspor karet Sumatra Utara. Lima terbesar adalah Jepang, China, Brazil, Turki dan Kanada. Masing-masing berkontribusi 38,70 persen, lalu 9,03 persen, kemudian 8,66 persen, dan 7,56 persen serta 7,42 persen.
Sedangkan pada Februari 2022, pangsa ekspor karet asal Sumatra Utara tercatat 30 negara. Lima negara yang paling banyak mengimpor adalah Jepang dengan persentase 39,02 persen, kemudian USA sebesar 11,54 persen, lalu Brazil sebesar 9,83 persen dan China serta Kanada yang masing-masing 9,64 persen dan 7,33 persen.
Pangsa di atas sedikit mengalami pergeseran dibanding Januari 2022. Pada bulan tersebut, ada 34 negara tujuan ekspor karet asal Sumatra Utara.
Lima besar negara tujuan ekspor pada Januari 2022 adalah Jepang sebesar 27,03 persen, kemudian USA sebesar 12,78 persen, lalu Brazil sebesar 10,73 persen, China sebesar 7,68 persen dan Turki sebesar 6,12 persen.