Bisnis.com, MEDAN - Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi mengklaim pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara sebesar 3,8 persen pada Maret 2022.
Akan tetapi, Edy tidak menjelaskan secara rinci soal akumulasi pertumbuhan ekonomi yang dimaksud.
Tak cuma itu, Edy juga melontar optimisme bahwa perekonomian provinsi ini akan menyentuh 4,2 persen pada April 2022 mendatang.
Hal ini dikatakan Edy saat hadir pada acara pengukuhan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara yang baru, Doddy Zulverdi, di Kota Medan, Jumat (18/3/2022).
"Saat ini pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara sudah berada pada angka 3,8 persen. Saya berharap di bulan depan 4,2 persen," kata Edy.
Pada kesempatan ini, Edy berharap agar Doddy melanjutkan sinergitas yang selama ini terjalin antara Pemprov Sumatra Utara dan Bank Indonesia. Khususnya dalam rangka menekan laju inflasi.
"Ibarat tensi, inflasi apabila terlalu tinggi maka menyebabkan stroke. Kalau terlalu rendah bisa meninggal, inilah beliau yang pegang tensimeter," kata Edy.
Lebih lanjut, Edy juga mengingatkan kondisi yang belakangan ini perlu dipantau bersama demi menjaga inflasi dan perekonomian agar tetap stabil. Di antaranya tren kenaikan harga sejumlah bahan pokok seperti cabai dan minyak goreng.
"Saat ini minyak goreng yang berdampak pada masyarakat, kalau seperti ini harus kita tangani bersama," kata Edy.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) memang perlu jadi perhatian. Sebab hal ini turut berdampak terhadap harga berbagai produk turunannya. Seperti minyak goreng.
"Minyak goreng jadi contoh konteks risiko yang kita hadapi bersama," kata Dody.
Pada kesempatan ini, Dody resmi mengukuhkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara yang baru, Doddy Zulverdi.
Seperti diketahui, Doddy kini menggantikan posisi yang sebelumnya dijabat oleh Soekowardojo.
Pada acara tersebut, Dody mengingatkan tiga tantangan yang bakal dihadapi oleh Doddy. Walau tak mudah, Dody yakin yang bersangkutan mampu melaluinya. Dody menganggap mantan Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia itu sebagai satu di antara putra terbaik mereka.
"Hal ini mengingat Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara memiliki peran krusial dalam memperkuat peran advisory kepada stakeholder daerah untuk merespons tiga tantangan," kata Dody.
Tantangan pertama adalah partisipasi upaya menjaga kenaikan harga atau inflasi di Sumatra Utara. Menurut Dody, dampak kenaikan harga global terhadap harga domestik perlu dikendalikan dengan cara menjaga pasokan bahan pokok masyarakat.
"Penguatan sinergi pengendalian inflasi melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah juga menjadi langkah yang perlu terus didorong," kata Dody.
Tantangan kedua yakni peran Doddy dalam membantu pemerintah daerah untuk melakukan pemulihan ekonomi pascapandemi. Dody mengatakan, berbagai sektor prioritas yang telah diidentifikasi sebagai motor pemulihan perlu senantiasa didorong.
Doddy juga diharap mampu memfasilitasi pemerintah daerah dengan mitra dagang atau investor asing serta menyelenggarakan business matching. Tujuannya agar mendongkrak kinerja ekspor dan investasi di Sumatra Utara.
"Doddy Zulverdi merupakan seorang arsitek dari kerja sama internasional di Bank Indonesia. Sehingga pengalaman beliau akan memberikan nilai tambah bagi upaya mendorong ekspor Sumatra Utara," kata Dody.
Tantangan ketiga adalah penguatan reformasi struktural, termasuk infrastruktur. Hal ini perlu dilakukan melalui perluasan elektronifikasi transaksi dan digitalisasi sistem pembayaran. Menurut Dody, digitalisasi merupakan kunci pendongkrak perekonomian di masa pandemi yang banyak membatasi interaksi langsung.
Kini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara terus melakukan perluasan layanan transaksi digital antara lain melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Tahun ini, Bank Indonesia menargetkan 15 juta orang pengguna baru QRIS di Indonesia.
"Teknologi pembayaran digital memudahkan masyarakat melakukan transaksi dengan cepat, mudah, aman dan murah," kata Dody.