Bisnis.com, PEKANBARU -- Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Riau menyatakan saat ini proses konversi Bank Riau Kepri (BRK) menjadi Bank Riau Kepri Syariah terus berlanjut. Salah satu tahapan yang telah dituntaskan yaitu Uji Kepatutan dan Kelayakan (UKK) atau fit and proper test para calon pengurus BRK Syariah.
Kepala OJK Riau M Lutfi menjelaskan proses konversi ini merupakan komitmen bersama para pemegang saham bank daerah itu, untuk menjadikan Bank Riau Kepri dapat melakukan kegiatan operasional secara syariah.
"Salah satu tugas pokok dan fungsi OJK adalah perizinan konversi kegiatan usaha Bank. Saat ini OJK telah selesai melakukan fit and proper test terhadap calon pengurus BRK Syariah dan saat ini masih menunggu persetujuan dari Direktorat Pengaturan dan Perijinan Perbankan Syariah OJK," ujarnya, Kamis (3/2/2022).
Dia mengakui pada akhir Desember lalu, UKK dimaksud juga telah dilakukan terhadap Gubernur Riau, sebagai pemegang saham utama di BRK.
Lutfi menambahkan saat ini Bank Riau Kepri juga diminta oleh pihaknya untuk melakukan pemenuhan komitmen dalam kesiapan infrastruktur pendukung tahapan konversi tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada kuartal III/2021, Bank Riau Kepri membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp329,83 miliar. Realisasi laba tersebut disumbang oleh pendapatan bunga senilai Rp1,64 triliun dan pendapatan bersih senilai Rp966,57 miliar.
Adapun, beban bunga pada periode ini sebesar Rp676,39 miliar, turun dibandingkan dengan beban bunga pada September 2020 yang senilai Rp710,27 miliar. Dari sisi kredit, Bank Riau Kepri mencatatkan penyaluran senilai Rp14,70 triliun, sedangkan pada akhir 2020 senilai Rp16,22 triliun.
Selain itu, pembiayaan syariah yang disalurkan senilai Rp4,04 triliun, melonjak jika dibandingkan dengan realisasi akhir tahun lalu, yang senilai Rp2,73 triliun. Sementara, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp25,32 triliun, naik 14,41 persen dari Rp22,13 triliun pada akhir Desember 2020 (year-to-date/ytd). Dengan demikian, Bank Riau Kepri mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 6,38 persen ytd, dari Rp28,19 triliun menjadi Rp29,99 triliun.