Bisnis.com, PALEMBANG – Ekspor karet Sumatra Selatan pada Semester I/2021 meningkat sebesar 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu seiring pulihnya permintaan dari negara tujuan.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel yang diperoleh Bisnis, ekspor karet sepanjang enam bulan pertama tahun ini mencapai 501.651 ton. Angka tersebut naik dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 414.956 ton.
Ketua Gapkindo Sumsel Alex K. Eddy mengatakan bahwa kondisi tahun ini lebih baik jika dibandingkan tahun lalu.
“Secara kuantitas maupun harga jual lebih baik, karena tahun lalu kita sangat terpukul dengan lock down dari negara-negara pengimpor karet, di samping harga juga sangat rendah,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/8/2021).
Menurut Alex saat ini pembelian dari negara tujuan sudah kembali normal. Begitu pula dengan harga di pasar Singapore Commodity Exchange (Sicom) yang rata-rata senilai US$1,65 per kilogram. Adapun pasar utama untuk ekspor karet adalah Tiongkok.
Dia memaparkan produksi pabrik karet di Sumsel lebih dari 90 persen diserap oleh pasar ekspor. Adapun produksi total karet mencapai 521.819 ton.
Alex mengemukakan saat ini pabrik di Sumsel berupaya untuk menjaga produksi. Pasalnya, di tengah pulihnya kondisi negara tujuan, Sumsel masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Saat ini PPKM level 4, industri esensial hanya boleh produksi dengan 50 persen pekerja. Secara teori ini akan menekan produksi karet,” katanya.
Oleh karena itu, dia mengemukakan, pengusaha karet di Sumsel fokus untuk mengurangi pekerja yang tidak berhubungan dengan produksi. Sehingga aturan PPKM tidak berdampak signifikan terhadap produksi karet.
“Kondisi sekarang berbeda dengan PSBB (pembatasan sosial berskala besar), industri karet masih diizinkan produksi normal dengan protokol kesehatan ketat,” katanya.
Namun demikian, kata Alex, para pengusaha karet optimistis kinerja produksi maupun ekspor sepanjang tahun ini sesuai target.
Pada tahun lalu, ekspor karet asal Sumsel tercatat sebanyak 918.674 ton. “Mudah-mudahan [ekspor] bisa tembus di atas 900.000 ton."
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat kinerja industri karet, barang dari karet meningkat sebesar 10,49 per (q-to-q) dan meningkat sebesar 51,09 persen (y-on-y).
Kepala BPS Sumsel Zulkipli mengatakan laju pertumbuhan industri tersebut sejalan dengan peningkatan produksi crumb rubber serta peningkatan ekspor.
“Tentu saja peningkatan ekspor karet itu berdampak signifikan terhadap komponen ekspor di PDRB Sumsel. Ekspor komoditas andalan Sumsel, yakni karet, batu bara dan minyak sawit tercatat tumbuh positif pada kuartal II/2021,” katanya.
Zulkipli mengatakan ekspor merupakan sumber pertumbuhan terbesar, yakni 5,64 persen pada pertumbuhan ekonomi Sumsel kuartal II/2021.
Pada periode tersebut pertumbuhan ekonomi Sumsel tercatat sebesar 5,71 persen. Bahkan Gubernur Sumsel Herman Deru mengklaim bahwa angka tersebut merupakan yang tertinggi di Pulau Sumatra.
“Ini berita baik, untuk provinsi setara besarnya yang memiliki jumlah penduduk di atas 5 juta, pertumbuhan ekonomi kita 5,71 persen. Artinya tertinggi (se-Sumatra),” ujarnya baru-baru ini.
Deru meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Sumsel berpotensi kembali meningkat meskipun masih dalam kondisi pandemi.
“Mudah-mudahan tambah naik. Kita ada satu kelompok yang tidak kalah besar, yakni 46 persen kekuatan kita adalah pertanian. Petani kita genjot, produksi pertanian dan perkebunan [karet] serta hortikultura ditingkatkan,” katanya.