Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbangan Internasional di BIM Ditutup Hingga Akhir 2021, Ini Dampaknya

Sesuai surat Kementerian Hukum dan HAM tidak semua bandara bisa melayani penerbangan internasional. Hal itu terkait dengan upaya menyikapi pandemi Covid-19 di Indonesia,
Aktivitas masyarakat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) terlihat sepi semenjak pandemi melanda daerah Provinsi Sumatra Barat, Jumat (19/3/2021). PT Angkasa Pura II Cabang BIM menyebutkan penerbangan internasional masih ditutup hingga akhir tahun 2021 ini./Bisnis-Noli Hendra
Aktivitas masyarakat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) terlihat sepi semenjak pandemi melanda daerah Provinsi Sumatra Barat, Jumat (19/3/2021). PT Angkasa Pura II Cabang BIM menyebutkan penerbangan internasional masih ditutup hingga akhir tahun 2021 ini./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Minangkabau belum bisa memastikan kapan penerbangan internasional kembali dibuka.

Manager of Operation and Services, Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Imamura Ginting mengatakan sesuai surat Kementerian Hukum dan HAM tidak semua bandara bisa melayani penerbangan internasional. Hal itu terkait dengan upaya menyikapi pandemi Covid-19 di Indonesia,

"Seperti halnya di BIM. Kita masih melayani penerbangan domestik. Kalau internasional belum. Sesuai surat Kemenkumham, sampai akhir tahun 2021 ini belum bisa buka penerbangan internasional," katanya, Jumat (19/3/2021).

Imam menjelaskan dari surat itu dipaparkan bahwa bandara di Indonesia yang melayani penerbangan internasional terdapat di sejumlah daerah saja baik itu Angkasa Pura I maupun untuk Angkasa Pura II, yakni:

  • Kuala Namu Medan
  • Hang Nadim Batam
  • Soekarno-Hatta Tangerang
  • Juanda Surabaya
  • Sam Ratulangi Manado
  • Hasanuddin Makassar
  • I Gusti Ngurah Rai Bali

Sementara BIM tidak diberi izin untuk melayani penerbangan internasional. Bahkan , mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang belum terlihat begitu membaik, penerbangan internasionl di BIM kemungkinan ditutup hingga akhir tahun 2021.

"Kita lihat saja perkembangan selama tahun ini. Mungkin saja bila pemerintah menilai kondisi sudah membaik dan terkendali, tidak tertutup kemungkinan juga BIM bisa kembali melayani penerbangan internasional tanpa harus menunggu hingga akhir tahun ini," sebutnya.

Diaku Imam izin penerbangan internasional ini karena terkait pandemi Covid-19 maka langsung mengikuti arahan dari Kemenkum HAM.

Untuk itu, Angkasa Pura II Cabang BIM tetap mengacu pada surat itu. Selagi dikatakan belum diizinkan, pihaknya juga tidak bisa mendesak untuk membuka kembali penerbangan internasional di BIM.

"Kalau Pemprov Sumatra Barat yang mendesak itu lain cerita ya. Mungkin saja Pemprov melobi pemerintah pusat soal penerbangan internasional dibuka kembali di BIM. Tapi dari kita, tentu menuruti surat yang ada," tegasnya.

Melihat tidak adanya penerbangan internasional di BIM, Imam menyebutkan secara otomatis turut berdampak kepada kedatangan wisatawan asing ke Sumbar. Begitu juga soal ekspor Sumbar yang menggunakan jalur udara, juga turut terganggu.

Tapi Imam tidak menampik terpantau sejumlah wajah-wajah orang luar negeri yang berdatangan di BIM. Namun mereka datang ke Sumbar bukan sebagai penumpang internasional, melainkan domestik.

"Caranya, mereka transit. Misalnya mereka mendarat dulu di Soekarno-Hatta, lalu menggunakan penerbangan domestik untuk menuju Sumbar dan itu memang ada di BIM, tapi kita menyebutkan domestik," sebutnya.

Imam menegaskan meski BIM hanya melayani penerbangan domestik, pihak Angkasa Pura II tetap menerapkan protokol kesehatan kepada seluruh penumpang maupun petugas serta orang-orang yang di kawasan bandara.

Mulai dari syarat wajib penumpang yakni harus memiliki surat negatif Covid-19, wajib menggunakan masker, serta jaga jarak. Baik dari penumpang maupun bagi orang-orang yang menanti keluarga keluar dari pintu kedatangan domestik.

"Begitu juga kepada orang luar negeri yang datang ke Sumbar melalui penerbangan domestik itu, mereka tetap mematuhi aturan penerbangan domestik di Indonesia, seperti memiliki surat negatif Covid-19," ungkap Imam.

Belum lama ini seluruh pegawai di BIM telah melakukan vaksinasi dosis I. Hal ini merupakan bentuk komitmen BIM mensukseskan vaksinasi nasional, sekaligus untuk memberikan rasa aman dalam melayani setiap orang yang berada di BIM.

Dampak bagi Eksportir

Penutupan penerbangan internasional yang masih berlangsung hingga akhir tahun 2021 berdampak kepada aktivitas eksportir.

Salah seorang eksportir lobster di Padang Ho Kwing Hwang atau akrab di sapa Missho menyebutkan kondisi itu turut menyulitkan pengiriman lobster ke negara tujuan yakni China.

Bahkan, ia mengaku, usahanya sempat tutup beberapa bulan.

"Meski lobster yang dijual melalui Jakarta dan terbang ke China, lobster asal Padang juga turut mengisi kebutuhan lobster domestik tapi tidak banyak. Akhirnya kita memang kesulitan ketika itu," sebutnya.

Kini Missho kembali berupaya mencari jalan agar usaha lobster, yang dibelinya dari para nelayan asal Mentawai, tetap jalan.

Mau tidak mau dia harus rela mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan pengiriman domestik seperti ke Jakarta dan Batam. Dari sana, barulah lobster diekspor ke China.

Kini meski kondisi tidak stabil, setidaknya usaha Missho tetap buka. Dia tidak merumahkan para pekerjanya. Masalahnya kini, hasil tangkapan nelayan sedang turun akibat buruknya cuaca di laut Mentawai.

Risiko Pengiriman

Terkait lalu lintas pengiriman barang, Station Manager PT Angkasa Pura Kargo di BIM Muhammad Rafi mengaku setiap harinya ada pengiriman barang komoditas yang masuk di kargo BIM.

"Iya ada lobster, kepiting, ikan hias, rajungan. Jadi ada sekitar 20 - 30 persen dari total per hari angkutan kargo di BIM itu ada komoditinya," ungkap Rafi.

Kendati cukup banyak komoditas yang diangkut oleh kargo di BIM, ada kendala yang dihadapi. Mengingat komoditas yang dibawa sifatnya transit dan hidup, terkadang sulit untuk menghindari adanya komoditas yang mati dalam pengiriman.

"Kendala untuk membawa komoditas hidup ini ya soal risiko mati. Selama ini memang ada terjadi komoditas yang dibawa itu ada yang mati sekitar 5 - 7 persen, tapi bisa ditoleransi," sebutnya.

Rafi menyebutkan komodotas yang mati itu menjadi risiko pengirim, bukan kargo. Tapi sebagai pihak yang dipercaya membawa komoditas hidup, tentu ingin barang yang dikirim dalam keadaan selamat.

"Intinya pengiriman komoditas untuk domestik yang tercatat oleh kita memang ada setiap harinya," ujar Rafi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper