Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Harga Kedelai, Importir Bersama Disperindag Siap Potong Rantai Distribusi

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatra Utara (Sumut) meminta perusahaan importir kedelai memotong rantai distribusi untuk menekan kenaikan harga kedelai.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatra Utara (Sumut) meminta perusahaan importir kedelai memotong rantai distribusi untuk menekan kenaikan harga kedelai.

Hingga minggu kedua Februari 2021, harga kedelai impor di tingkat perajin Kota Medan mencapai Rp10.000 per kg dari Rp7.000 per kg sebelum masa pandemi Covid-19.

"Secara mikro, cara menekan harga kedelai dengan memotong jalur distribusi dari importir ke perajin tahu tempe. Artinya, perajin IKM tahu tempe diberi harga sama dengan harga distributor lini satu," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sumut Barita Sihite, Senin (15/2/2021).

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Seksi Pengendalian Barang Pokok Disperindag Sumatra Utara Azrai Ridho Hanafiah mengatakan pihak importir telah menyetujui permintaan Disperindag. Namun, belum diketahui kapan pemotongan rantai distribusi tersebut diimplementasikan.

"Saya sudah ketemu dengan importir dan mereka bilang kalau siap membantu provinsi. Ga ada target (tenggat waktu), cuma ada permintaan dari kita dan mereka bersedia," ungkap Azrai, Senin (15/2/2021).

Azrai mencontohkan, selama ini persentasi distribusi kedelai kepada distributor lini satu adalah 100 persen dari total kedelai impor. Ke depannya, importir dapat menyisakan sekitar 20 persen dari komoditi tersebut untuk langsung disalurkan kepada perajin.

Sementara itu, dipandang dari sisi ekonomi makro, penekanan harga juga dapat dilakukan dengan cara mereduksi pajak pertambahan nilai (PPN) komoditas kedelai impor. Pembebasan bea masuk komoditi hortikultura juga dapat diterapkan.

Menurut laporan yang diterima Disperindag, masalah mahalnya kedelai impor memang terjadi di seluruh Indonesia. Hal ini karena terdapat kendala di sektor hulu agribisnis, yaitu stok kedelai dari Amerika menipis karena China memborong kedelai hingga puluhan ton dalam setahun. Beberapa negara pemasok kedelai, seperti Brazil dan Argentina juga mengalami kekeringan.

Selain itu, jadwal pengiriman menuju Indonesia tidak teratur karena sebagian besar kontainer digunakan untuk impor ke China. Keterbatasan kontainer tersebut juga menyebabkan naiknya biaya pengiriman.

Kebutuhan kedelai di Sumut adalah 12.000 ton per bulan. Sementara, menurut keterangan Disperindag Sumut, total kedelai impor yang masuk ke Sumut pada bulan November adalah adalah 14.000 ton.

Memasuki bulan Desember 2020, impor berkurang menjadi 11.000 ton. Kata Azrai, ada 6.000 ton kedelai lagi yang seharusnya masuk di bulan Desember, namun pengirimannya terlambat.

Belum diketahui jumlah kedelai impor yang masuk ke Sumut di bulan Januari 2021, namun dilihat dari distribusi kedelai yang terus berjalan, stok kedelai di bulan Januari hingga Februari diprediksi aman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler