Bisnis.com, PALEMBANG – DPD Real Estaste Indonesia atau REI Sumatra Selatan mencatat pembangunan rumah di provinsi itu turun 30 persen dibanding tahun lalu lantaran terdampak pandemi Covid-19.
Ketua DPD REI Sumsel, Zewwy Salim, mengatakan pandemi telah membuat daya beli masyarakat turun termasuk untuk membeli hunian.
“Ini dampak dari daya beli masyarakat yang turun, juga karena perbankan penyalur kredit juga lebih selektif dalam memberikan pinjaman,” katanya, Senin (23/11/2020).
Dia mengatakan pembangunan rumah oleh para pengembang baru terealisasi 10.000 unit. Sementara target yang dipatok pihaknya sebanyak 12.500 unit hingga akhir tahun.
“Itulah sebabnya 310 perusahaan yang tergabung di REI harus melakukan koreksi terhadap target awal,” katanya.
Dia menjelaskan sudah banyak cara sudah dilakukan untuk meningkatkan minat masyarakat seperti memberikan hadiah bagi pelanggan yang melakukan pembayaran secara tunai atau menawarkan kemudahan pembayaran dengan skema pembayaran bertahap.
“Namun memang akibat pandemi, banyak warga yang tidak mendapatkan akses pinjaman atau memilih untuk tidak mengelurkan uang untuk sementara waktu,” katanya.
Zewwy mengatakan pembangunan rumah di Sumsel pada tahun depan akan lebih digencarkan. Apalagi, jika melihat dari kebutuhan rumah, REI memerkirakan pembangunan rumah bisa mencapai 15.000 unit pada tahun depan.
Dari jumlah tersebut sekitar 85 persen diperuntukan bagi masyarat berpenghasilan rendah (MBR) melalui rumah bersubsidi, sedangkan sisanya untuk rumah komersil.
Target ini sudah melebihi dari rata-rata pertambahan pembangunan rumah di Sumsel yakni berkisar 1.000-2.000 unit per tahun.
“Itu sangat mungkin terjadi karena kondisi ekonomi warga Sumsel akan pulih dan perbankan juga sudah bisa memberikan pinjaman bagi konsumen,” jelasnya.
Untuk diketahui, kebutuhan rumah di Sumsel sekitar 500.000 unit hingga tahun 2021. Hal ini juga didukung, beragam kemudahan yang diberikan pemerintah terutama perizinan.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru berharap agar ada koordinasi antara developer dengan pihak perbankan agar membangun kerjasama sejak dari perencanaan pembangunan.
“Jangan ketika rumah sudah jadi baru perbankan bekerjasama, tetapi sejak perencanaan harus dibicarakan bersama,” katanya.
Deru menjelaskan, cukup pengembang yang alami kesulitan, misalnya soal harga lahan yang mahal dan juga sulitnya mendapatkan fasilitas air bersih dan listrik. Meski begitu, pihaknya berharap agar para pengembang lebih pintar dalam berbisnis.
Ia menyarankan pengembang untuk memetakan wilayah yang dianggap strategis untuk mendorong perekonominan daerah. Misalnya perihal pembangunan rumah di sepanjang tol.