Bisnis.com, PALEMBANG – Perusahaan perkebunan kelapa sawit, Cargill Tropical Palm, mendorong peningkatan produktivitas kebun yang dikelola sebanyak 5.500 petani swadaya di Sumatra Selatan.
Managing Director of Cargill Tropical Palm, Richard Low, mengatakan perusahaan menerapkan sistem kemitraan terhadap ribuan petani tersebut untuk meningkatkan hasil panen petani swadaya.
“Targetnya, hasil panen petani swadaya dari rata-rata panen tahunan saat ini 14 ton tandan buah segar (TBS) per hektare menjadi paling sedikit 20 ton per ha,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (1/10/2020).
Menurut dia, peningkatan produktivitas tersebut tetap menjunjung tinggi persyaratan lingkungan. Sehingga petani dapat memenuhi kriteria dalam sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan.
Dia menambahkan perusahaan juga menggandeng Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH) untuk membina para petani swadaya tersebut.
Selama dua tahun ke depan, Cargill dan YIDH akan bekerja sama dengan mitra pelaksana mereka yaitu Bentang Kalimantan dan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) untuk memberikan pelatihan tentang praktik pertanian yang baik dan prinsip- prinsip keberlanjutan.
Baca Juga
Richard melanjutkan, kemitraan tersebut tidak hanya ditujukan kepada petani swadaya di Sumsel, melainkan juga petani sawit yang berlokasi di Kalimantan Barat. Sehingga total petani yang dibina Cargill mencapai 8.900 petani swadaya.
“Kebun mereka tersebar di sejumlah lokasi sekitar wilayah operasi kami yang ada di Sumsel dan Kalimantan Barat dengan luasan mencapai 16.600 ha,” katanya.
Perkebunan tersebut berlokasi di desa-desa sekitar PT Poliplant Sejahtera (PSA) Cargill dan PT Harapan Sawit Lestari (HSL) di Ketapang, Kalimantan Barat, serta PT Hindoli di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel.
“Sebelumnya, Cargill telah menjalankan kemitraan serupa dengan 22.000 petani plasma di dua provinsi tersebut,” kata Richard.
Selain praktik pertanian yang baik, kata dia, program itu juga akan memberikan pelatihan di bidang-bidang yang penting seperti pemetaan partisipatif, pengelolaan kawasan konservasi tinggi dan stok karbon tinggi serta pengelolaan limbah.
“Para mitra akan memastikan bahwa pembukaan lahan baru tidak dilakukan dengan pembakaran dan tidak dibuka di kawasan hutan atau lahan gambut,” katanya.
Kemitraan ini juga mendukung Rencana Aksi Nasional Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia dengan meningkatkan kapasitas petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Melalui ISPO, legalitas petani swadaya seperti Sertifikat Pendaftaran Budidaya (STDB) akan dipenuhi, sementara RSPO akan memastikan produktivitas petani dapat ditingkatkan untuk memenuhi Prinsip dan Kriteria keberlanjutan Standar Sertifikasi Petani Swadaya (RISS).
Sementara itu, Fitrian Ardiansyah, Ketua Eksekutif Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), mengatakan, pihaknya mendukung transformasi keberlanjutan melalui pembiayaan bersama dan melaksanakan rencana aksi berkelanjutan.
“Komitmen ini memastikan bahwa semua kegiatan yang akan dilakukan akan berkontribusi untuk meningkatkan dampak sosial dan lingkungan yang positif di yurisdiksi di Kalimantan Barat dan Sumsel,” katanya.