Bisnis.com, MEDAN - Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatra Utara mencatat inflasi selama Mei 2020 sebesar 0,43%. Ini bukan indikasi pemulihan daya beli, melainkan ada gangguan dari sisi supply atau persediaan.
Dalam rilisnya pada Selasa (2/6/2020), inflasi terjadi di seluruh kota IHK di Sumatra Utara yaitu Sibolga 0,17%, Pematangsiantar 0,37%, Medan 0,42%, Padangsidempuan 0,76%, dan Gunung Sitoli 0,37%.
Di Kota Medan, inflasi terjadi karena peningkatan harga yang ditunjukkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,77%, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,12%, kelompok kesehatan 0,39%, kelompok transportasi 1,58%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,15%.
Angkutan udara, bawang merah, dan daging ayam ras menjadi komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi paling besar. Sementara beberapa komoditas mengalami penurunan harga seperti cabai merah, bawang putih, telur ayam ras, gula pasir, ikan nila, nanas, dan susu bubuk tulang/manula.
Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatra Utara Gunawan Benjamin menilai inflasi Sumut selama Mei 2020 bukan berarti menunjukkan pemulihan daya beli. Inflasi yang terjadi lebih dikarenakan faktor persediaan yang mengalami gangguan.
Misalnya, bawang merah mengalami gangguan distribusi karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa guna mencegah penyebaran Virus Corona. Tren perkembangan harga bawang merah di Jawa sekitar Rp30.000-Rp35.000 per kg, sedangkan di Sumut sekitar Rp50.000-Rp55.000 per kg.
Begitu pula, kenaikan harga daging ayam dipicu oleh banyaknya peternak ayam mandiri yang lebih memilih menutup sementara usahanya. Pandemi Covid-19 memang sempat membuat harga daging ayam terpuruk.
"Inflasi memang terjadi di Sumut, tetapi lebih karena sisi suplai yang mengalami gangguan, baik daging ayam maupun bawang merah," katanya kepada Bisnis pada Selasa (2/6/2020).
Jika dibandingkan dengan Maret dan April yang berturut-turut deflasi 0,16% dan 0,29%, daya beli masyarakat Sumut pada Mei jelas lebih baik. Namun, jika dibandingkan periode Ramadan dan Lebaran pada tahun lalu, daya beli masyarakat Sumut pada periode ini jelas terpukul.
"Sehingga jangan disimpulkan inflasi Sumut berarti ekonomi sudah pulih," imbuhnya.