Bisnis.com, PALEMBANG – Petani karet di Sumatra Selatan menjadi salah satu pihak yang terkena dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 lantaran harga yang kian menurun.
Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan Sumsel, harga rata-rata karet kadar kering (KKK) 100 persen senilai Rp12.924 pada minggu kelima April 2020, sedangkan untuk harga karet dengan kadar 60 persen—50 persen, yang biasa dijual petani, hanya berkisar Rp7.754/kg—Rp6.462/kg.
Bahkan, kata Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian, harga di tingkat pengepul saat ini sudah ada yang menyentuh Rp3.000/kg.
“Petani pasrah yang penting masih ada yang beli, mereka terpaksa melepas karetnya dengan harga rendah untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya, Minggu (3/5/2020).
Kondisi rendahnya harga karet itu membuat daya beli petani melemah. Asumsinya, untuk membeli beras 1 kg, petani harus membayarnya dengan karet sebanyak 2 kg hingga 3 kg.
Dia menjelaskan bahwa rendahnya harga karet di tingkat petani tak terlepas dari kondisi di pabrik karet (crumb rubber) di provinsi itu yang mengurangi pembelian lantaran pengurangan produksi.
Baca Juga
“Dengan adanya penundaan ekspor, maka pabrik crumb rubber tidak bisa mendapatkan uang pembayaran, kondisi ini mengakibatkan adanya pengurangan produksi,” katanya.
Berdasarkan catatan Bisnis, produksi pabrik-pabrik karet di Sumsel telah berkurang signifikan hingga 35 persen seiring lemahnya permintaan dari pasar ekspor.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K. Eddy menjelaskan bahwa permintaan karet di pasar global makin melemah setelah Eropa dan Amerika Serikat dalam situasi darurat terkait Covid-19 tersebut. Bahkan, beberapa kota besar di negara itu memutuskan untuk mengarantina penduduknya.
“Keputusan itu memukul kegiatan ekonomi negara tujuan yang juga akan berdampak pada industri ban mereka. Bulan-bulan ke depan akan sangat sulit,” katanya.
Sementara itu, Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) Sugeng Hartadi mengatakan bahwa saat ini petani karet membutuhkan bantuan sarana produksi untuk agar usaha kebunnya bertahan.
“Bantuan sembako sudah ditangani pemda, kami berharap bantuan dari pusat dan kementerian terkait untuk penyediaan zat pembeku dan pupuk karena ini sangat diperlukan petani,” katanya.
Pihaknya juga meminta agar Gapkindo mengoperasikan pabriknya dan membeli bokar dari petani.