Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Karet di Sumsel Diminta Kuat Mental Hadapi Dampak Ekonomi Corona

Dinas Perkebunan Sumatra Selatan mengimbau agar petani karet menyiapkan mental untuk bertahan di tengah penurunan harga akibat dampak ekonomi pandemi Covid-19.
Ilustrai: Petani memanen getah karet di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrai: Petani memanen getah karet di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, PALEMBANG – Dinas Perkebunan Sumatra Selatan mengimbau agar petani karet menyiapkan mental untuk bertahan di tengah penurunan harga akibat dampak ekonomi pandemi Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, Selasa (31/3/2020).

“Petani karet kami imbau untuk bertahan di situasi sulit ini karena pemerintah menyiapkan bantuan langsung baik melalui dinas sosial dengan jaring pengaman sosialnya, maupun kebijakan realokasi APBD dan APBN,” katanya.

Diketahui, harga karet di tingkat petani terus menurun. Bahkan Disbun mencatat, harga rata-rata karet pada Maret 2020 yang sebesar Rp14.809 per kg untuk KKK (kadar karet kering) 100% merupakan titik terendah sejak awal tahun ini.

Sementara itu, Andri Alfa, petani karet di Desa Pulau Rajak, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin, mengatakan pendapatan hariannya telah merosot hingga separuh dari kondisi normal.

“Produksi memang lagi jelek ditambah harga turun terus jadi pendapatan kami menurun,” katanya saat dihubungi Bisnis.

Dia mengatakan saat ini harga yang diterima petani melalui mekanisme lelang di unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet (UPPB) mencapai Rp7.200 per kg. Harga tersebut untuk KKK sekitar 70%.

Menurut dia, harga lelang tersebut masih lebih baik jika petani menjual langsung ke pengepul yang hanya berkisar Rp6.000 per kg.

Andri menambahkan petani pun saat ini dihinggapi kekhawatiran jika pabrik karet setop beroperasi.

Pasalnya, kata Andri, mayoritas petani hanya mengandalkan komoditas karet sebagai mata pencarian. 

“Untuk alih profesi sulit juga, berdagang butuh modal, harga-harga sudah naik,” katanya.

Sementara untuk mengalihkan tanaman, Andri menilai, pihaknya terkendala aturan pemerintah. 

Dia mengemukakan petani cenderung membuka lahan untuk bersawah dengan cara dibakar. Sementara pemerintah tegas melarang adanya pembakaran lahan untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Kalau tidak dibakar, tanahnya jelek, tidak subur. Kalau tidak ada larangan bakar ya kami bisa saja nanam padi,” katanya.

Dengan demikian, pihaknya berharap pemerintah dapat segera memberikan bantuan kepada petani di tengah masa sulit. Salah satunya berupa sarana-prasarana yang mendukung petani karet untuk mengolah lahannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper