Bisnis.com, PALEMBANG - Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra ruas Indralaya-Prabumulih, Sumatra Selatan, sepanjang 65 kilometer terhambat pembebasan lahan sehingga molor dari target yang ditetapkan.
Manajer Proyek PT Hutama Karya (Persero) Hasan Turcahyo mengatakan, pekerjaan fisik proyek jalan tol yang bakal terhubung hingga Kabupaten Muara Enim itu ditargetkan pada awal 2020.
Namun demikian, hingga kini proses pembebasan lahan belum berjalan sesuai rencana meski pencanangan proyek sudah dilakukan pada 9 April 2019.
“Pada prinsipnya, Hutama Karya sudah siap, mulai dari kesiapan dana kontraktor yang sudah tersedia sejak Agustus hingga peralatannya,” katanya, Senin (3/2/2020).
Hasan mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk percepatan proyek ruas Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) itu pada 27 Desember 2019.
Dalam kesempatan itu, diungkapkan bahwa pembebasan lahan terkendala persoalan teknis, yakni ketika dilakukan pengukuran di lokasi ternyata banyak pihak yang mengaku sebagai pemilik. Lahan itu ada yang dimiliki warga, perusahaan perkebunan sawit swasta hingga perkebunan tebu milik BUMN.
Terlepas dari persoalan tersebut, HK sangat menyayangkan kondisi ini mengingat sejak pencanangan pada tujuh bulan lalu dilakukan proses lanjutan yang relatif cepat.
Penetapan lokasi sudah dilakukan pada 10 Juli 2019 dan pendelegasian tugas ke Kantor Pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ogan Ilir pada 6 Agustus 2019.
“Kini, kami menunggu proses lanjutan pembebasan lahannya yang sudah dilakukan sejak Oktober lalu. Dananya sudah tersedia di Kementerian PU/PR, tinggal lagi proses di BPN,” katanya.
Diketahui, Hutama Karya bakal menggarap ruas tol Indralaya—Prabumulih sepanjang 65 kilometer. Selanjutnya, untuk ruas Prabumulih—Muara Enim bakal dikerjakan oleh Waskita Karya sehingga total panjang ruas Indralaya--Muaraenim sepanjang 119 km.
Hasan menambahkan, penetapan lokasi (penlok) untuk jarak tempuh 0 km (KM 0) hingga 10 km (KM 10) sudah dilakukan, sementara untuk KM 10 hingga KM 65 masih proses pendataan awal untuk penerbitan penlok.
“Jika berjalan sesuai rencana maka penlok untuk KM 10 hingga KM 65 diperkirakan dapat dilakukan pada Juni 2020,” ujarnya.
Pembangunan jalan tol Indralaya-Muaraenim diperkirakan menelan dana sekitar Rp24,10 tirliun yang berasal dari ekuitas perusahaan senilai Rp16,87 triliun atau 70 persen dari total investasi dan sisanya Rp7,20 triliun dari pinjaman. Pelaksanaan konstruksi ditarget rampung pada 2022.
Ruas Indralaya—Muaraenim nantinya tersambung hingga Muaraenim—Bengkulu sehingga akan menyambungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Di provinsi tetangga tersebut, pengerjaan sudah dimulai ke arah Lubuk Linggau, tepatnya di STA 0 sampai 17,85 di wilayah Taba Penanjung.