Bisnis.com, PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau bersinergi dengan Provinsi Sumatra Selatan untuk mengantisipasi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) pada 2020.
Kerja sama itu terjalin dalam Rapat Koordinasi (Rakor) antara gubernur Riau dan gubernur Sumsel terkait Karhutla pada Sabtu (11/1/2020) yang berlangsung di Balai Pauh Janggi, Gedung Daerah Provinsi Riau.
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan bahwa masing-masing jajaran telah bertukar pengalaman dan menciptakan kesamaan visi untuk menghadapi Karhutla.
“Musim kemarau ekstrem akan kita hadapi dalam waktu dekat. Pemprov Riau sudah melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder sampai pihak desa agar dapat bersama-sama menjaga hutan dan lahan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Syamsuar, seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (13/1/2020).
Syamsuar mennjelaskan bahwa sejauh ini pihaknya telah mengambil beberapa kebijakan strategis, seperti pemetaan kembali daerah rawan bencana, inventarisir kembali izin perusahaan perkebunan dan pengusaha yang beroperasi di wilayah Riau, serta melibatkan perusahaan dalam patroli bersama yang dipantau langsung oleh Satgas Karhutla Prov. Riau.
Tak hanya itu, Pemprov Riau juga menyediakan alat pertanian dan tanaman ramah lingkungan di 99 kecamatan yang rawan karhutla. Adapun, tanaman ramah lingkungan itu ditanamkan di lahan gambut.
Baca Juga
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan yang merupakan zona penyangga juga dilakukan dengan tujuan menciptakan ekowisata, terutama di kawasan taman nasional hutan lindung dan hutan konservasi.
Dari sisi akademis, pemerintah ikut melibatkan dosen dan tenaga pengajar lainnya serta mahasiswa yang melakukan kuliah kerja nyata untuk mensosialisasikan bahaya karhutla akibat membuka lahan dengan cara membakar.
Selain itu, sistem informasi dan aplikasi peringatan dini juga dipasang untuk mengetahui lokasi titik hotspot di lapangan.
“Selanjutnya pembentukan tim terpadu penertiban kebun sawit ilegal, termasuk penegakan hukum. Terakhir juga menjalin sinergitas antara pemprov dan kabupaten kota, serta bersama pemerintah pusat, perguruan tinggi, dengan semua pihak,” lanjut Syamsuar.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengakui pada 2019 telah terjadi kondisi cuaca panas yang ekstrem sehingga memicu terjadinya kebakaran hutan.
Adapun, Sumsel memiliki lahan gambut seluas 1,4 juta hektare dengan kubah gambut sekitar 20-30 meter yang berada jauh dari infrastruktur.
Ketika terjadi kebakaran, pemerintah selalu mengandalkan water bombing yang berbiaya besar. Sementara APBD Sumsel sedikit.
"Saya mengucapkan terimakasih kepada gubernur Riau, sudah mau menerima kami dan bertukar pikiran tentang penanganan Karthula, dan kami juga berterima kasih karena Riau sudah mengumpulkan daerah penghasil sawit tadi pagi. Untuk menghadapi Karhutla tidak ada kata lain, selain saling bekerjasama,” ucap Herman.
Pada 2019, kondisi Karhutla di Riau kembali parah setelah tiga tahun tanpa asap akibat ratusan ribu hektare lahan terbakar.