Bisnis.com, PEKANBARU — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pembakaran menyusul meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.
Analis BMKG Stasiun Pekanbaru Yasir Prayuna kepada ANTARA di Pekanbaru, Senin (6/1/2020), mengatakan saat ini sebagian wilayah Riau tengah memasuki peralihan musim dari hujan ke kemarau fase pertama 2020.
"Aktivitas pembakaran (harus) dihindari karena bisa memicu lagi kebakaran hutan di wilayah Riau," kata Yasir.
Ia mengatakan saat ini sebagian wilayah Riau, terutama bagian utara telah memasuki musim kemarau. Sejak awal Januari ini, sejumlah kabupaten kota seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, hingga Indragiri Hilir terpantau titik-titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Riau, kata Yasir akan sepenuhnya memasuki musim kemarau pada pertengahan Januari dan berlangsung hingga Februari 2020 mendatang.
"Dari BMKG sendiri (menyatakan) waspada karena dalam beberapa pekan ke depan akan segera memasuki musim kemarau. Walaupun kemarau periode pertama ini tidak terlalu panjang tapi harus waspada karena Riau cukup rentan potensi meluasnya kebakaran itu," ujarnya.
Senin pagi hari ini, BMKG Stasiun Pekanbaru mendeteksi kemunculan 15 titik panas yang mengindikasikan Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen.
Berdasarkan citra satelit Terra dan Aqua, Senin pukul 06.00 WIB, titik panas terdeteksi di Bengkalis tiga titik, Meranti dua titik, Dumai tiga titik, Pelalawan dua titik, Siak dua titik dan Indragiri Hilir tiga titik.
Dari 15 titik panas itu, lima di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat kebakaran lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Titik api menyebar di Dumai dan Indragiri Hilir masing-masing dua titik api dan satu lainnya di Bengkalis.