Bisnis.com, PALEMBANG -- Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir mengklaim peningkatan produksi padi sebanyak 834.000 ton di daerah itu lantaran modernisasi pertanian melalui penggunaan alat mesin pertanian.
Bupati Kabupaten OKI Iskandar mengatakan peningkatan produksi gabah kering giling (GKG) tersebut telah terasa sejak 2013 lalu.
"Sangat signifikan dari 536.000 ton pada 2013 menjadi 834.000 ton GKG pada 2018,” katanya, saat peresmian Ware House UPJA Widhatama di Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten OKI, Jumat, (18/10/2019).
Iskandar melanjutkan pihaknya mengapresiasi penerapan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian yang gencar dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) selama lima tahun terakhir. Penerapan ini dia nilai tepat karena telah merevolusi wajah pertanian Indonesia menjadi lebih modern.
“Lebih dari 2.000 unit alsintan diberikan kepada petani di OKI. Sebuah revolusi besar-besaran di bidang pertanian sejak lima tahun terakhir sehingga mendorong percepatan tanam dan produktivitas lahan," katanya.
Iskandar juga optimistis dengan potensi lahan pertanian mencapai 130.000 Ha target produksi 1,3 juta ton yang diberikan Mentan kepada Kabupaten OKI dapat tercapai.
Baca Juga
“Dengan potensi lahan mencapai 130.000 ha yang mampu dikembang menjadi 150.000 ha ditambah lagi bantuan Alsintan kami optimistis capaian target 1,3 juta ton," kata Iskandar.
Wayan Sudaryanto, Ketua Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) Widhatama Kabupaten OKI, mengatakan mekanisasi pertanian mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
“Dulu kami hanya mampu panen 1 kali dalam setahun (IP 100), sekarang sudah IP 200 bahkan sebagian lahan kami sudah IP 300," katanya.
Bantuan alsintan, tambah Wayan, juga mampu menekan biaya tanam dan biaya produksi serta mempercepat periode tanam.
“Dengan alsintan kami tidak perlu membeli insektisida dan mengurangi tenaga kerja pra dan pasca tanam karena PH tanah meningkat, produksi padi juga meningkat," katanya.
Sementara itu, Dirjen Sarana dan Prasarana Kementrian Pertanian, Sarwo Edhy, mengatakan bahwa modernisasi pertanian ditujukan untuk mendongkrak kesejahteraan petani serta menyongsong Indonesia lumbung pangan dunia 2045.
"Di samping itu, penggunaan Alsintan juga mampu memenuhi kelangkaan tenaga kerja dan mendorong minat generasi muda untuk terjun langsung ke sektor pertanian," ujar Edhy.
Sarwo Edhy menjelaskan hingga saat ini sudah lebih dari 400.000 unit alsintan yang didistribusikan pemerintah. Jumlah ini bahkan meningkat 500% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
"Bantuan alsintan ini terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Modernisasi dilakukan sebagai persiapan menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0," kata dia.
Sarwo menjelaskan, modernisasi pertanian ini terbukti mampu menghemat biaya produksi dan mempercepat proses produksi hingga meningkatkan produktivitas lahan.
"Sebagai contoh, penggunaan traktor roda-2 dan roda-4 mampu menghemat pengolahan lahan dari 3 hari jadi 3 jam saja per hektare belum lagi penggunaan tenaga kerjanya," kata dia.
Dari sisi ekonomi, tambah Sarwo Edhy alsintan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani mencapai 80%.