Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kabut asap pekat yang menyelimuti Kota Palembang pada Senin (14/10/2019) pagi, termasuk paling ekstrem selama musim kemarau 2019.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, menyebut kondisi ekstrem tersebut disebabkan banyaknya titik panas atau hot spot selama 24 jam terakhir di OKI, sehingga intensitas asap kiriman meningkat signifikan.
"Asap kiriman datang dari Banyu Asin I, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji," ujar Beny seperti dikutip dari Antara.
Berdasarkan rilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, data titik panas tercatat berjumlah 732 titik selama 24 jam terakhir di wilayah Sumsel, sebanyak 437 atau setengahnya berada di Kabupaten OKI.
Asap karhutla tersebut dibawa angin dari wilayah OKI ke Kota Palembang dengan kecepatan 9 - 37 kilometer/jam dan menjadi pekat di beberapa wilayah pada pagi hari karena faktor labilitas udara.
Sekolah Libur
Asap pekat itu membuat sekolah terpaksa diliburkan, Senin (14/10/2019).
Keputusan itu diambil Dinas Pendidikan Kota Palembang, Sumatra Selatan untuk tingkat PAUD, TK, SD dan SMP baik negeri maupun swasta. Belum diputuskan libur akan berlangsung berapa lama.
Libur sekolah tersebut dilakukan akibat gangguan asap hasil kebakaran hutan dan lahan yang mengganggu kesehatan.
Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana bahwa kualitas udara dilihat dari indikator PM 2,5 pagi di wilayah Sumatra Selatan mencapai pada tingkat berbahaya atau pada angka 921.
Kualitas udara tersebut seiring dengan jumlah titik panas mencapai 691 titik, atau tertinggi di antara wilayah lain, seperti Riau, Jambi dan beberapa wilayah Kalimantan.
"Penanganan darurat di wilayah Sumatera Selatan masih terus berlangsung hingga kini. BNPB mengerahkan 7 helikopter untuk melakukan pengeboman air atau water-bombing, Agus Wibowo Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Senin (14/10/2019).
Dia mengatakan air yang digunakan untuk pengeboman sudah mencapai 66 juta liter air, sedangkan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah mengelontorkan sekitar 14 ribu garam (NaCl). Operasi udara ini didukung juga personel darat gabungan mencapai lebih 8.000 personel.
Asap Tak Melewati Batas Negara
Data BNPB per 14 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB tadi, mencatat jumlah titik panas mencapai 1.184. Pantauan titik panas berdasarkan citra satelit modis-catalog Lapan dalam 24 jam terakhir. Adapun dilihat dari sebaran titik panas di wilayah Sumatera, arah angin pada umumnya mengarah dari tenggara ke barat laut.
"Arah sebaran asap di Sumatera Selatan menyebar ke arah barat laut. Terpantau titik panas berada di wilayah-wilayah, seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin," terangnya.
Di sisi lain, BMKG merilis citra sebaran asap pada hari ini tidak terdeteksi adanya transboundary haze atau asap yang melewati batas negara. Data tersebut diambil dari citra satelit Himawari, hari ini. Dari citra satelit itu, terpantau persebaran asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Sementara itu, KLHK mencatat kualitas udara dengan parameter PM 2,5 di beberapa wilayah menunjukkan tingkat yang memburuk. Kualitas udara Jambi menunjukkan angka 235 yang berarti sangat tidak sehat, Kalimantan Tengah 102 tidak sehat, Kalimantan Selatan 174 sangat tidak sehat dan Riau 51 atau tidak sehat.
Adapun sebaran titik panas di beberapa wilayah sebagai berikut, Sumatera Selatan berjumlah 691 titik, Kalimantan Tengah 230 titik, Jambi 117, Kalimantan Selatan 28, Riau 16 dan Kalimantan Barat 12.