Bisnis.com, PEKANBARU -- Kondisi ekonomi di wilayah Riau diperkirakan melemah 0,2 persen karena kasus kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap dalam dua bulan terakhir.
Kepala Perwakilan BI Riau Decymus mengatakan pihaknya melakukan penghitungan dampak kabut asap akibat karhutla, dengan pendekatan berdasarkan hitungan yang sudah pernah dilakukan Bank Dunia pada kasus sejenis 2015 silam.
"Soal kabut asap ini penghitungannya dilakukan dengan pendekatan berdasarkan perhitungan Bank Dunia untuk kasus asap dan karhutla 2015 lalu, hasilnya perhitungan kami kabut asap akan berdampak ke pelemahan ekonomi Riau sebesar 0,2 persen sampai akhir tahun," ujarnya Kamis (10/9/2019).
Dengan perkiraan pelemahan itu, target pertumbuhan ekonomi Riau turut terkoreksi dari sebelumnya di rentang 2,6 hingga 3 persen, menjadi 2,4 hingga 2,8 persen.
Beberapa bagian yang masuk dalam penghitungan dampak ekonomi akibat asap diantaranya yaitu jumlah hotspot atau titik api. Hingga September 2019 tercatat ada 2.250 hotspot, sedangkan 2015 lalu jumlahnya sebanyak 7.155 hotspot.
Lalu dari lahan terbakar, 2019 BI mencatat lahan terbakar seluas 49.000 hektare, lebih rendah dibandingkan 2015 yang mencapai 184.000 hektare. Kemudian curah hujan 2019 tercatat 140,4 sedangkan 2015 lalu mencapai 194,8.
Untuk lama durasi kabut asap, 2019 ini tercatat Riau sudah diselimuti asap selama 2 bulan, sedangkan 2015 lalu lebih lama yaitu 4 bulan.
Selanjutnya dari sisi okupansi perhotelan di triwulan III/2019 mengalami penurunan sebesar 3 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di sektor perkebunan BI mencatat penurunan produksi sawit sebesar 9,8 persen, lebih rendah dibandingkan 2015 yang sebesar 12,62 persen.
"Lalu di pendidikan, libur sekolah selama 9 hari, kesehatan tercatat jumlah penderita ISPA naik 72 persen, konsumsi energi listrik naik 3,1 persen, sedangkan sektor perdagangan turun 2,15 persen," ujarnya.
Adapun untuk sektor penerbangan, tercatat ada 7 jadwal dibatalkan, serta 50 jadwal penerbangan terganggu seperti dialihkan, terlambat atau bahkan kembali ke bandara asal.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Riau mencatat luas karhutla di daerah itu sudah sekitar 9.000 hektare lebih.
Akibatnya dalam dua bulan terakhir yaitu Agustus-September lalu wilayah itu terdampak bencana kabut asap, namun kondisinya mulai membaik sejak awal Oktober.