Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinar Mas Pacu Transparansi Pasokan CPO di Sumut

Sinar Mas Agribusiness and Food memacu transparansi pasokan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Sumatra Utara guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan pemasok.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, MEDAN--Sinar Mas Agribusiness and Food memacu transparansi pasokan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Sumatra Utara guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan pemasok.

 

Head of Downstream Sustainability Implementation Sinar Mas Agribusiness and Food, Daniel Prakarsa mengatakan isu keberlangsungan sangat sensitif dengan industri kelapa sawit. Citra negatif seperti industri perusak lingkungan, menurutnya, turut dikhawatirkan berpengaruh terhadap masa depan industri.

 

Di sisi lain, perusahaan kini fokus menggarap lahan-lahan eksisting dan bermitra dengan petani lokal karena keterbatasan lahan baru.

Menurutnya, melalui peningkatan transparansi, perusahaan bisa mendapatkan jaminan kualitas dari para pemasok serta harga yang sesuai.

 

Sebagai contoh, pihaknya bisa mendapatkan data seperti lokasi kebun, sehingga bila didapatkan lokasi yang ternyata tak sesuai pemanfaatannya, perusahaan bisa melakukan tindakan.

 

Di Sumatra Utara, pihaknya memiliki dua pabrik di Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Padang Lawas Utara. Selain itu, perusahaan memiliki kebun di tujuh lokasi yakni di Kabupaten Langkat, Serdangbedagai, Deliserdang, Padang Lawas Utara, Labuhanbatu Utara, Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan.

 

"Ketersediaan lahan sudah membatasi kemampuan kami. Dengan pihak ketiga ini kami harus membekali kemampuan yang sama agar produknya berkualitas," ujarnya.

 

Lebih lanjut, secara nasional, peningkatan transparansi diharapkan bisa menyentuh 85% di tahun ini dari kondisi terakhir 62% dan menjadi 100% pada 2020. Adapun, perusahaan menggandeng perusahaan teknologi, Koltiva yang membantu mengumpulkan dan mengolah data dari tingkat petani hingga perusahaan.

 

Data yang dikumpulkan mendetail mulai dari profil kebun yakni lokasi, produksi hingga perkiraan waktu penanaman kembali (replanting) serta penyakit. Dari data tersebut, katanya, masalah-masalah di lapangan bisa terpetakan sehingga lebih mudah untuk menyelesaikannya.

 

Sebagai contoh, dia menyebut kebanyakan petani tak bisa mengantisipasi kapan biaya operasional melampaui hasil panen. Dengan adanya data tersebut, petani bisa mendapatkan gambaran sehingga bisa mengantisipasi risiko yang akan datang.

 

"Problem yang sangat serius itu ketenagakerjaan. Di sini banyak petani pohonnya tinggi. Karena tidak ada planning, enggak terpanen. Efeknya negatif bisa sampai tebang hutan untuk ekspansi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper