Bisnis.com, PALEMBANG – Pipa transmisi gas Grissik-Pusri, Sumatra Selatan sepanjang 176 kilometer diharapkan dapat terintegrasi dengan program jaringan gas untuk rumah tangga sehingga masyarakat di sekitar lokasi itu bisa ikut merasakan manfaat gas bumi.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Alimuddin Baso mengatakan idealnya pipa transmisi gas terintegrasi dengan pemanfaatan lainnya, mulai dari industri, pembangkit listrik, komersial, hingga jaringan gas (jargas) rumah tangga.
“Biar keekonomiannya tinggi, dalam rencana induk kami, dia [pipa gas transmisi] harus terintegrasi sampai ke jargas. Jargas ini dari sisi bisnis tidak menguntungkan, tetapi bagi pemerintah ini jadi yang pertama karena berguna untuk masyarakat,” paparnya di sela-sela peresmian beroperasinya pipa gas transmisi Grissik—Pusri dan jargas untuk rumah tangga di Kota Palembang, Sumatra Selatan (Sumsek), Minggu (31/3/2019).
Alimuddin menjelaskan pihaknya sebagai regulator mendorong agar pipa transmisi yang melewati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang itu bisa dimanfaatkan juga untuk masyarakat.
Saat ini, pipa berkapasitas 158 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) itu baru mengaliri 70 MMSCFD untuk kebutuhan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang selaku konsumen utama. Adapun kebutuhan pasok jargas untuk rumah tangga sangat rendah, yakni mulai dari 0,1 MMSCFD.
Dengan demikian, kapasitas tersebut dinilai bisa memasok kebutuhan energi untuk 10.000 sambungan rumah tangga (SR).
“Tegangannya [pipa transmisi Grissik-Pusri) masih tinggi tuh, kita bisa ambil 0,1 mmscfd. Sasaran rumah tangga yang potensial di sepanjang jalan itu karena dekat infrastruktur dasar, bisa juga di daerah penghasil,” paparnya.
Pipa transmisi gas Grissik-Pusri dibangun oleh PT Pertagas, anak usaha PT Pertamina (Persero), sepanjang 176 kilometer (km) dengan diameter 20 inci. Pertagas menyelesaikan pekerjaan tersebut pada akhir 2018, setelah masa konstruksi selama setahun lebih, sejak groundbreaking Agustus 2017.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Ignasius Jonan menerangkan selain untuk menjaga pasokan gas bagi industri pupuk, suplai gas tersebut juga akan memenuhi kebutuhan pembangkit listrik, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api, serta jaringan gas rumah tangga dan industri lainnya.
“Proyek pipa gas Grissik-Pusri penting bagi industri pupuk untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia. Tidak hanya itu, tapi nantinya juga untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit listrik di Sumsel dan kawasan ekonomi setempat,”ujarnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan sumber gas yang terdapat di pipa Grissik-Pusri berasal dari Grissik Gas Plant ConocoPhillips (COPI) dan dialirkan ke titik akhir di plant milik Pusri di Palembang.
Sementara itu Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro menyebutkan investasi pipa Grissik-Pusri menelan dana senilai US$143 juta dan volume penyalurannya akan meningkat.
“Sementara itu, gas yang sudah dialirkan mulai 2018 sebesar 70 mmscfd untuk kebutuhan Pusri. Tahap berikutnya akan ditingkatkan menjadi 160 mmscfd untuk menunjang kebutuhan lainnya sesuai dengan kapasitas pipa,” ucapnya.
Ruas pipa baru ini akan menjadi tulang punggung infrastruktur gas kedua milik Pertagas di wilayah Sumsel, selain pipa eksisting yang telah termanfaatkan maksimal. Keberadaan pipa tersebut juga diharapkan berkontribusi pada peningkatan perekonomian di provinsi itu.